Magelang-Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhamamdiyah Magelang (Prodi Ilkom Unimma) berkolaborasi dengan Aliansi Jurnalis Independent (AJI) dan Google News Initiative (GNI) Training Network mengadaan Pelatihan Online Cek Fakta Untuk Akademisi. Dwi Susanti, Kaprodi Ilkom Unimma menyampaikan dalam sambutannya bahwa acara ini merupakan wujud dari kerja sama Prodil Ilkom Unimma, AJI, dan GNI yang kedua kalinya.

“Acara kita bersama AJI dan Google News Initiative ini sudah yang kedua kalinya. Tahun lalu kita juga pernah mengadakan acara bersama dengan tema Digital Hygiene dengan target sasaran adalah mahasiswa. Sementara acara kita kali ini audiensnya adalah civitas akademi Unimma,” papar Dwi Susanti.

Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) Unimma, Purwati mengapresiasi produktifitas dari Prodi Ilkom Unimma atas terselenggaranya pelatihan cek fakta ini. Menurutnya, pelatihan ini penting di era digital saat ini. “Saya mengapresiasi produktifitas Prodi Ilkom dalam menyelenggrakan acara ini terlebih di era digital saat ini,” ungkap Purwati.

Pelatihan Hari Pertama

Pelatihan Online Cek Fakta Untuk Akadem berlangsung selama dua hari dari 18-19 November 2020. Hadir sebagai pemateri pada hari pertama ialah Eviera Paramita Sandi, Online Editor Tribun Bali. Ada empat materi yang disampain oleh Eviera Paramita Sandi. Sesi pertama tentang jenis dis/misinformasi dan dampaknya.

Selanjutnya pada sesi kedua, Eviera Paramita Sandi memaparkan materi tentang teknik monitoring sosial media, web, dan blog. Ia menjelaskan beberapa alat yang dapat digunakan untuk memantau aktifitas media sosial.

“Tools yang digunakan untuk mengecek akun sosial media diantaranya kalau twitter ada misalnya  tweetdeck dan https://twitter.com/search-advanced?lang=en. Sementara facebook ada https://intelx.io/tools?tab=facebook,” papar Eviera Paramita Sandi.

Kemudian, materi sesi ketiga ialah analisis sumber. Lebih lanjut, pada sesi keempat membahas tentang verifikasi foto. Pada sesi terakhir ini peserta juga diajak untuk mempraktekan secara langsung verifikasi foto dengan google images.

Pelatihan Hari Kedua

Sementara itu materi pada hari kedua disampaikan oleh Arsito Hidayatullah, redaktur pelaksana suara.com. Pada sesi pertama Arsito Hidayatullah memaparkan materi tentang verifikasi video. Kemudian, sesi kedua membahas tentang cara memverifikasi lokasi. Pada kesempatan ini, Arsito Hidayatullah menjelaskan beberapa tools yang dapat digunakan untuk melacak lokasi sebuah peristiwa.

“Untuk verifikasi lokasi kita dapat menggunakan tools Google Maps, Wikimapia, Yandex, dll,” jelas Arsito Hidayatullah.

Lalu, materi sesi ketiga adalah etika bekerja sebagai pengecek fakta. Kemudian, pada materi terakhir tentang digital hygiene, Arsito Hidayatullah berpesan bahwa kita perlu jeli dan berhati-hati ketika melakukan aktivitas di dunia maya. Terlebih jika hendak mengkoneksikan gawai kita dengan jaringan internet di tempat umum. Karena besar kemungkinan ketika gawai kita terkoneksi dengan jaringan internet di tempat umum maka data kita dapat di askses oleh pihak lain.

“Kita perlu waspada ketika hendak menggunakan wifi di tempat umum, karena data kita bisa diakses oleh orang lain,” papar Arsito Hidayatullah.

Sementara itu, menurut Anissa Hakim Purwantini, peserta pelatihan cek fakta online sekaligus dosen prodi Akuntansi Unimma mengungkapakan tema pelatihan ini menarik karena mengangkat keadaan riil kehidupan saat ini. Ia menambahkan, dengan adanya pelatihan ini membuatnya lebih bijak dalam menyaring kabar yang ia terima.

Over all acara menarik karena menjawab fenomena yang seringkali muncul di masyarakat. Manfaat pelatihan tersebut bagi saya pribadi menyadarkan untuk lebih bijak ketika mendapatkan suatu kabar berita. Tidak langsung percaya apalagi turut menyebarkan sebelum cek fakta kebenarannya. Meskipun akademisi, ternyata msih banyak teman-teman yang secara “tidak sadar” turut menyebarkan berita hoaks yang justru makin membuat resah masyarakat.” ungkap Anissa Hakim Purwantini.

Sedangkan menurut Sulis Nur Ginanjar, pustakawan Unimma yang juga peserta pada pelatihan ini mengungkapkan bahwa materi pada pelatihan dapat menunjang profesinya saat ini.

“Iya (materi) dapat menunjang (profesinya sebagai pustakawan) karena pada dasarnya pustakawan itu juga merupakan sumber informasi yang ada di perpustakaan, bukan hanya koleksi buku saja yang menjadi sumber informasi,” jelas Sulis Nur Ginanjar.