Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang rawan bencana. Letak geografis yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. Selain itu, banjir, tanah longsor, serta bencana non-alam seperti pandemi dan polusi udara juga kerap menjadi ancaman yang tidak bisa dianggap remeh. Dalam kondisi seperti ini, komunikasi memegang peran yang sangat penting, bukan hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk merespons krisis dengan tepat dan mencegah kepanikan yang lebih besar di masyarakat.
Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) Universitas Muhammadiyah Magelang menyadari pentingnya peran komunikasi dalam situasi kebencanaan tersebut. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, mereka menyelenggarakan kegiatan yang menggabungkan aspek akademik dan penguatan organisasi mahasiswa melalui kuliah tamu dan workshop bertajuk “Kuliah Tamu Komunikasi Bencana & Sharing Ormawa FPH”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 4 Juli 2025, bertempat di Ruang A8 Kampus 1 UNIMMA dan terbagi menjadi dua sesi utama: sesi pertama berupa kuliah tamu untuk mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Komunikasi Bencana, dan sesi kedua berupa workshop serta sharing session bersama pengurus organisasi mahasiswa FPH.
Kegiatan ini dirancang untuk mempertemukan teori dan praktik secara langsung. Mahasiswa tidak hanya dibekali dengan materi akademik tentang komunikasi kebencanaan, tetapi juga diajak untuk mendengarkan pengalaman dari narasumber yang telah lama bergelut di bidang komunikasi lingkungan dan kebencanaan. Dalam sesi pertama, hadir sebagai narasumber Primadita Rahma Ekida, Head of Program dari Bicara Udara. Ia menyampaikan materi tentang strategi komunikasi dalam situasi krisis dan bencana. Materi yang disampaikan berfokus pada bagaimana cara menyusun pesan komunikasi yang efektif, cepat, dan tetap akurat di tengah tekanan kondisi darurat. Mahasiswa diajak memahami pentingnya validasi data, etika komunikasi, hingga penggunaan media sosial secara bijak saat terjadi bencana.
Diskusi pada sesi pertama juga berjalan dengan sangat aktif. Mahasiswa antusias mengajukan pertanyaan, mulai dari bagaimana menentukan narasi yang tepat dalam situasi genting, bagaimana mengatasi hoaks yang menyebar cepat di masa krisis, hingga strategi membangun kepercayaan publik terhadap sumber informasi resmi. Dalam suasana yang interaktif ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari teori dan paparan narasumber, tetapi juga dari dinamika pertanyaan dan diskusi yang menggugah wawasan baru.
Setelah rehat siang, kegiatan dilanjutkan dengan sesi kedua yang menyasar para pengurus organisasi mahasiswa FPH, seperti BEM, Himapsi, Himanika, dan IMM. Sesi ini dinamakan SkillUp: Organisasi Progresif, sebuah sesi reflektif sekaligus praktikal yang bertujuan meningkatkan kapasitas kepemimpinan dan manajerial para pengurus ormawa. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mengevaluasi perjalanan organisasi masing-masing, melihat kekuatan dan tantangan yang dihadapi, serta merumuskan strategi agar program kerja yang dijalankan benar-benar relevan, berdampak, dan solutif bagi mahasiswa.
Sesi kedua ini menjadi sangat penting karena organisasi kemahasiswaan sering kali menjadi wadah utama pembentukan karakter dan kepemimpinan mahasiswa. Melalui organisasi, mahasiswa belajar tentang tanggung jawab, kolaborasi, serta mengelola konflik dan krisis dalam skala kecil. Oleh karena itu, memperkuat organisasi kemahasiswaan adalah bagian dari membangun kampus yang lebih adaptif dan produktif. Workshop ini juga menjadi momen penyegaran bagi para pengurus ormawa yang mungkin sudah mulai lelah menghadapi dinamika organisasi. Dalam suasana yang santai namun tetap serius, peserta diajak untuk merancang kembali arah dan visi program kerja, agar selaras dengan kebutuhan mahasiswa dan mendukung visi misi fakultas.
Baik kuliah tamu maupun sharing ormawa, keduanya menjadi ruang pembelajaran yang kaya akan makna. Di satu sisi, mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya komunikasi dalam menghadapi situasi darurat dan bencana. Di sisi lain, mereka juga dikuatkan secara organisasi agar mampu menjadi agen perubahan yang solutif dan peduli terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Kegiatan ini menegaskan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tapi juga melalui dialog, refleksi, dan keterlibatan aktif dalam organisasi.
Keberadaan narasumber seperti Primadita Rahma Ekida juga menjadi nilai tambah yang signifikan. Pengalaman beliau di dunia advokasi udara bersih dan kebencanaan lingkungan menjadikan materi yang disampaikan tidak hanya teoritis, tetapi juga sangat relevan dan kontekstual. Mahasiswa bisa melihat langsung bagaimana ilmu komunikasi diterapkan secara nyata di lapangan, menghadapi tantangan yang kompleks, dan berdampak pada masyarakat luas. Hal ini menjadi inspirasi tersendiri bahwa apa yang mereka pelajari hari ini bisa menjadi jalan karier dan kontribusi nyata di masa depan.
Kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa sinergi antara akademik dan organisasi mahasiswa bisa berjalan seimbang. Dengan pendekatan yang partisipatif dan melibatkan dua sisi pembelajaran teori dan praktik, mahasiswa didorong untuk menjadi individu yang adaptif, berpikir kritis, serta peka terhadap isu-isu kemanusiaan dan lingkungan. Di masa depan, tantangan sosial akan semakin kompleks, mulai dari krisis iklim, darurat kesehatan, hingga dinamika sosial-politik. Oleh karena itu, dibutuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga siap mengambil peran aktif dalam mengatasi berbagai persoalan.
Melalui kegiatan ini, Fakultas Psikologi dan Humaniora UNIMMA menunjukkan komitmennya dalam mencetak lulusan yang peduli, tangguh, dan mampu bekerja lintas sektor. Mahasiswa tidak hanya dibekali ilmu, tetapi juga dilatih untuk menjadi pemimpin, penggerak, dan pembelajar sepanjang hayat. Harapannya, kegiatan seperti ini bisa menjadi program berkelanjutan yang terus mempertemukan mahasiswa dengan para praktisi, agar kampus semakin hidup dengan energi kolaborasi dan inovasi.
Dengan semangat kolaboratif tersebut, kuliah tamu dan workshop ormawa ini tidak hanya menjadi agenda seremonial, tetapi benar-benar menjadi ruang tumbuh bersama. Mahasiswa belajar tentang pentingnya strategi komunikasi dalam menghadapi bencana, sambil memperkuat diri sebagai bagian dari organisasi yang progresif. Kombinasi inilah yang akan menjadi bekal berharga untuk menghadapi dunia luar yang penuh dinamika. UNIMMA membuka ruang, kini saatnya mahasiswa melangkah maju sebagai bagian dari solusi.
Penulis: Tiffani Anggi
Editor: Alan Kusuma