Oleh Yoana dan Aldoni (Ilkom 2018)
*Artikel ini adalah produk mata kuliah Jurnalisme Online
Solo – Sri Nugroho atau sering disapa Nuno (40), mampu wujudkan cita-citanya di masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi seorang jurnalis. Profesinya ini berawal dari keinginannya menghadiri event olahraga level dunia dan mengabadikan pertandingan yang berjalan.
“Menjadi seorang jurnalis khususnya jurnalis foto adalah cita-cita saya sejak masa SMP. Saya begitu senang melihat puluhan fotografer yang bekerja di tepi lapangan di momen Piala Dunia mengabadikan pertandingan yang berjalan. Saya pikir saat ini pasti rasanya luar biasa bisa hadir di event level dunia seperti itu,” jelasnya.
Nuno pertama kali terjun di dunia jurnalistik tahun 2001. Kini Nuno sukses menjadi jurnalis olahraga dan fotografer TopSkor and TopSkor.id. Bagi Nuno, jurnalis merupakan pekerjaan mulia. Tidak semua orang kuat berkerja di dunia media massa. Profesi ini menjadi jembatan bagi masyarakat luas mendapatkan informasi.
“Menurut saya, profesi sebagai wartawan adalah pekerjaan yang mulia. Tidak dengan embel-embel gaji tinggi seperti profesi pekerja di pertambangan misalnya. Namun demikian, profesi ini punya tugas yang mulia sebagai jembatan informasi untuk masyarakat luas.” ungkapnya.
Berkat profesinya sebagai jurnalis, menghantarkan Nuno menghadiri dalam event olahraga besar dan bertemu berbagai kalangan.
“Saya sudah berkesempatan untuk mendatangi puluhan stadion-stadion dari Aceh sampai ke Pulau Bali. Berkenalan dan berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat dari kalangan bawah sampai golongan elite, dari abang becak sampai presiden, dari pemain kampung sampai pemain level dunia yang biasa kita lihat di siaran televisi saat membela klub-klub besar di Eropa adalah hal yang menurut saya luar biasa dan tidak semua orang memiliki kesempatan serupa,” jelasnya.
Tak jarang ia berkesempatan mendapatkan penghargaan, diantaranya adalah best foto Lomba Foto SEA GAMES 2011, runner-up Lomba Foto Piala Presiden 2017 dan 5 besar Lomba Foto Piala Presiden 2018.
“Tahun 2011, pada momen SEA Games 2011 di Indonesia yang digelar di Jakarta dan Palembang, foto karya saya terpilh sebagai best photo dalam lomba foto SEA Games 2011 yang digelar oleh Indosat dan National Geographic Indonesia. Saya juga bisa dapat kesempatan meraih beberapa penghargaan level nasional lainnya. Salah satunya adalah runner up Lomba Foto Piala Presiden 2017 dan 5 Besar Lomba Foto Piala Presiden 2018.”
Pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi Nuno sebagai pekerja media di bidang olahraga karena semua pertandingan dihentikan sejak 15 Maret 2020 lalu. Untuk tetap bisa memberikan informasi bagi masyarakat, Ia mencari isu-isu hot misal terkait Piala Dunia U-20 2021 mendatang, mengolah data-data pemain olahraga hingga cerita-cerita tak biasa yang dikedepankan di media olahraga.
“Berita-berita flashback ke tahun-tahun berikutnya, bermain mengolah data-data pemain hingga cerita-cerita tak biasa menjadi yang dikedepankan di media olahraga. Untuk wawancara, kita bisa menjalankannya lewat telepon atau sejumlah media sosial lainnya.” Jelasnya.
Untuk tugas selanjutnya, Ia berharap bisa memotret di ajang pertandingan Liga 1 2020 pada 1 Oktober mendatang. Selain itu, pada PON Papua 2021 ia juga berkeinginan bisa meliput.
“Mudah-mudahan, pada PON Papua 2021 mendatang, bisa dikasih kesempatan dan kesehatan untuk dapat meliput jalannya pesta olahraga di ujung timur Indonesia ini,” ungkapnya.
Magelang – Dosen Ilmu Komunikasi Unimma, Prihatin Dwihantoro, M.Ikom. meraih apresiasi karya dalam Kompetesi Visualisasi Rempah/Jalur Rempah. Kompetisi ini diadakan pada April 2020 lalu oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dan terbagi menjadi dua kategori, yakni Poster Interaktif dan Animasi.
Keikutsertaan dosen yang sering dipanggil Mas Hantoro ini awalnya dimulai dari keisengan. Namun, prestasinya menjadi contoh dan motivasi kepada teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi Unimma untuk berani mengikuti kompetisi. “Mengikuti lomba ini, iseng-iseng berhadiah, sih. Tujuan sebenarnya untuk memotivasi temen-temen mahasiswa untuk berani mencoba untuk ikut berbagai macam lomba,” ujarnya.
Sesuai dengan bidang keahliannya, yaitu Desain Komunikasi Visual, Prihatin Dwihantoro memutuskan mengikuti lomba dengan kategori Poster Interaktif. Ia mengungah karyanya pada 28 April. Kemudian karyanya diseleksi secara tertutup dan terbuka oleh panitia pada pertengahan bulan 29 April hingga 22 Mei. Selanjutnya pada tanggal 5 Juni 2020 pengumuman pemenang pun dipublikasikan.
Prihatin Dwihantoro mengaku senang poster karyanya yang mengangkat budaya rempah di Indonesia mendapat apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Posternya memiliki konsep penggambaran perjalanan rempah-rempah di Indonesia yang digunakan untuk bumbu masakan nusantara. Prihatin mengaku, Indonesia sebagai negara kepualuan dan memiliki laut yang luas menjadi inspirasinya pada posternya. Oleh karena itu, pada ilustrasi gambar poster menonjolkan penyebaran rempah-rempah dari pulau ke pulau.
“Inspirasinya (poster) Indonesia 70% kan lautan dan nenek moyang dikenal sebagai pelaut. Makanya ilustrasinya menonjolkan penyebaran rempah dari pulau ke pulau,” papar Prihatin Dwihantoro.
Prihatin Dwihantoro mengawali proses peroduksi poster dengan sebuah riset. Setelah data didapatkan, kemudian Ia mencatat poin-poin. Selanjutnya tahap copywriting dan terakhir menyesuaikan bentuk visual sesuai dengan target audiens. “Ya, pertama riset. Pasti mengumpulkan data terkait rempah. Membuat poin-poin penting, membuat copywriting dan visual sesuai target audiens,” jelas Prihatin Dwihantoro. (Annis)
Magelang – “Di luar Skenario, woe!” canda Woro Widowati kepada Panji dan Gamal, mahasiswa Ilmu Komunikasi aktivis Mahasiswa Himpunan Ilmu Komunikasi (Himanika) Univeristas Muhammadiyah Magelang (Unimma), yang menjadi host acara ngobrol ringan malam itu. Tidak ada dalam Team of Reference yang diberikan para host pada Woro untuk menyanyikan sepenggal lirik lagu. Namun, akhirnya ia, selaku bintang tamu tetap berkenan memenuhi permintaan Panji dan Gamal untuk memperdengarkan suara apiknya dipenghujung acara.
Kamis 9/7/2020, Himanika Unimma mengajak seorang Youtuber asal Magelang, Woro Widowati, untuk berkolaborasi dalam sebuah koten yang disiarkan secara langsung melalui akun Instagram Himanika Unimma @himanika.ummgl17. Obrolan yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB antara Himanika Unimma bersama Woro Widowati mengulik tema tentang konsistensi menjadi content creator. Acara ini sangat menarik minat penonton. Buktinya, malam itu ada sekitar 300-an viewer yang menonton hingga selesai.
Sebagai content creator, Woro Widowati fokus pada pembuatan konten tentang cover lagu Jawa. Menurutnya, channel Youtube merupakan sarana mengembangkan bakatnya agar dapat dinikmati dan didengar banyak orang. Keberhasilannya menjaga konsistensi dan memanajeman produksi konten dapat dilihat dari pencapaian banyaknya jumlah subscriber. Dalam kurun satu tahun, Woro Widowati sukses memiliki 378 ribu subscribers.
“Kalau dari aku pribadi (sebagai musisi) content creator lebih ke mereka menjalankan hobi mereka kan. Dan Youtube menjadi sarana mereka. Dari jalannya hobi bisa dikenal orang itu ya lewat itu (membuat konten di Youtube),” jelas Woro Widowati. Lebih lanjut menurut Woro Widowati, konsistensinya dalam membuat konten tak lepas karena ia menyukai apa yang digelutinya saat ini. “Hasilnya (memproduksi konten) akan lebih enak kalau kalian ngejalani apa yang kalian suka.”
Woro Widaowati berpendapat seorang content creator yang cerdas adalah mereka yang dapat memproduksi konten yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Mereka juga harus mampu berinovasi sehingga konten yang ia produksi memiliki kekhasan dan kreatif. “Content creator yang cerdas itu mereka bisa bikin content yang bisa berguna bagi orang lain. Kontennya bermnfaat. Lakukan yang benar. Beda dan inovasi,” ujarnya.
Rupanya acara ngobrol seru Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Youtuber cantik Woro Widowati merupakan tugas sebuah mata kuliah di Prodi Ilmu Komunikasi yang diampu oleh P. DwiHantoro, yakni Kreasi Konten Digital. Dosen yang biasa dipanggil Mas Hantoro ini mengaku bersyukur melalui tugasnya mahasiswa mampu menerobos tantangan dari inti kuliah mata kuliah Kreasi Kontent Digital. Ia menambahakan, viewer banyak adalaah bonus bagi kerja keras mahasiswa.
“Ya, alhamdulillah viewer-nya banyak sampai 300-an. Ada beberapa hal kenapa bisa tinggi. Pertama, karena narasumbernya seorang influencer. Kedua, temanya (tema obrolan) anak muda banget yaitu terkait kreasi konten. Namun, itu semua adalah bonus, karena dalam kuliah ini yang ditekankan bagaimana mengkonsep, memanagemen, dan mengkesekusi sebuah acara secara online. Dan temen-temen mahasiswa Ilkom mampu dan bisa membuat sebuah konten yang menarik,” ungkapnya dengan bangga.
Magelang – Bentuk adaptasi paling menarik yang dilakukan Prodi Ilmu Komunikasi Unimma untuk menjaga suasana akademik selama pandemi Covid-19 adalah dengan mengadakan diskusi online bertajuk Diskusi Asyik Ilmu Komunikasi (DISIK). Program ini mengudara setiap Jumat pukul 19.00 secara langsung di akun resmi Instagram Prodi Ilmu Komunikasi Unimma @ilkom.ummgl.ac.id.
Program diskusi online yang sudah mencapai 7 episode ini, menghadirkan pembicara dari praktisi yang bergerak di bidang Komunikasi Bisnis, Public Relations, Government Relation, Public Speaking, dan sebagainya.
Tidak tanggung-tanggung, narasumber yang dihadirkan adalah para praktisi komunikasi yang mumpuni di bidangnya, seperti: Siti Khabir Rasyida, S.IKom., M.Sc. (Founder KAO Coffee Yogyakarta), Samantha Aditya, S.S. (Duta Museum DIY 2017 dan awardee LPDP), Pristi Sukmasetya, M.Kom (dosen FT Unimma, sekaligus dubber), dan Ben Ibretama, M.Sc. (TAA-Komisi XI DPR RI).
Obrolan dalam acara DISIK mengangakat tema ringan tentang isu terkini di bidang kajian komunikasi, serta pengembangan skill sebagai ciri khas ketrampilan yang harus dimiliki professional di bidang komunikasi.
Dwi Susanti menjelaskan program DISIK ini merupakan upaya prodi menangkap fenomena pembelajaran dan diskusi secara daring.
“Disik adalah salah satu upaya dari prodi menangkap fenomena sistem pembelajaran dan diskusi melalui media daring. Kami ingin membangun kultur dan suasana akademik di luar jam kuliah dengan membuat sebuah program diskusi ringan yang mengangkat tema-tema beragam yang mungkin banyak dibutuhkan oleh mahasiswa. Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu media bagi prodi supaya dikenal masyarakat secara luas, khususnya calon-calon mahasiswa kami,” jelasnya.
Salah seorang mahasiwa Ilmu Komunikasi Unimma, Ulfa Noril mengungkapkan bahawa, acara Disik ini seru karena mangundang praktisi yang ahli di bidangnya. “Tertarik karena acaranya seru, karena mengundang narasumber yang ahli,” jawab Ulfa saat ditanya via aplikasi WhatsApp. (Annis)
Magelang – Dampak dari pandemi Covid-19 di tahun 2020 ini, hampir seluruh perkuliahan semester genap Tahun Akademik 2019/2020 di Prod Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang (Ilkom Unimma) dilaksanakan secara daring. Tim dosen Prodi Ilmu Komunikasi menghadapi kondisi ini dengan mendesain e-learning lewat berbagai platform sejak Maret 2020 lalu. Beberapa platform yang digunakan seperti: Podcast, Youtube, Zoom, WhatsApp group, Live Instagram, dan portal belajar online Unimma, http://moca.ummgl.ac.id.
Kaprodi Ilmu Komunikasi, Aftina Nurul Husna, menyampaikan fakusnya utama kuliah daring di masa pandemi ini adalah metode menyampaikan materi perkuliahan yang efektif, interaktif, dan mudah. “Sebenarnya saat pandemi ini prioritasnya bukan menariknya metode, tapi seberapa dapat mahasiswa menerima metode itu secara optimal. Karena ada pertimbangan biaya ketika menggunakan platform online, kita mencari yang paling memudahkan mahasiswa,” jelas Aftina Nurul Husna.
Hasil survei evaluasi Bidang Kemahasiswan menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pelaksanaan kuliah daring, seperti faktor lokasi geografis tempat tinggal mahasiswa serta keadaan sosial ekonomi mereka.
“Perlu dibicarakan antara dosen dengan mahasiswa terkait dengan hal-hal penunjang pembelajaran online. Misalnya device yang digunakan, anggaran quota yang dihabiskan dalam satu bulan, kemudian kondisi lingkungan tempat tinggal apakah kondusif atau tidak untuk mendukung pembelajaran online,” ungkap Dwi Susanti, koordinator Bidang Kemahasiswaan Prodi Ilmu Komunikasi.
Mempertimbangan hasil evaluasi tersebut, maka Koordinator Bidang Akademik, Moch. Imron Rosyidi, menyarankan kepada dosen pengampu mata kuliah bahwa metode pelaksanaan perkuliahan hendaknya diberikan secara adaptif dan fleksibel tanpa memberatkan mahasiswa.
“Prodi melakukan berbagai pendekatan untuk membuat mahasiswa merasa nyaman. Ini karena bukan pada soal tatap muka atau transfer knowledge saja, tetapi juga soal adaptasi dan memahami berbagai kondisi mahasiswa kita. Dengan kuliah melalui Podcast atau video, mahasiswa masih bisa aktivitas di rumah sambil terus terjadi proses pembelajaran,” papar Moch. Imron Rosyidi.
Tjut Afrieda Syahara, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, menjelaskan faktor geografis tempat tinggalnya menjadi faktor penghambat dirinya dalam mengakses materi perkuliahan. Namun demikian, Tjut juga memaparkan bahwa pelaksanaan kuliah daring berlangsung secara baik.
“Kalo pas sinyal down, jadi kesal sendiri, susah akses materi. Kadang bisa akses lancar jam 11 ke atas. Jadi kuliah online enak ga enak. Namun, over all, pelaksanaannya sudah bagus. Materi juga gampang dipelajari ulang.” (Annis)