Oleh: Sihabuddin
Idul Adha merupakan salah satu hari besar dalam agama Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 dzul hijjah dan tahun ini pemerintah Indonesia menetapkan 10 dzul hijjah bertepatan dengan tanggal 11 agustus. Perayaan Idul Adha sendiri untuk memperingati peristiwa kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim yang bersedia mengkurbankan putranya Nabi Ismail atas perintah Allah, namun Allah segera menggantinya dengan seekor domba sebelum pisau menyentuh leher Nabi Ismail. Perintah Allah tersebut melalui sebuah mimpi yang bermaksud untuk menguji ketaqwaan Nabi Ibrahim sebagai seorang Nabi. Menyembelih putra yang sangat didamba-dambakan apalagi putra tersebut memiliki akhlak yang baik, cerdas, patuh pada orang tua dan sifat-sifat terpuji lainnya tentunya merupakan ujian yang sangat berat. Namun, kecintaan Nabi Ibrahim terhadap Allah Swt adalah segala-segalanya sehingga apapun yang diperintahkan Allah akan dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Meski peristiwa tersebut adalah perintah Allah yang pasti akan dilaksanakan, Nabi Ibrahim tidak otoriter apalagi sampai memaksa terhadap putranya. Nabi Ibrahim mengkomunikasikan mimpi tersebut terhadap putra yang akan dikurbankan dan meminta pendapatnya. Sebagai seorang putra yang wajib patuh terhadap orang tua dan didasari atas kecintaannya terhadap Allah beliau langsung meng-iya-kan tanpa ragu apalagi sampai membantah. Komunikasi yang terjadi antara dua orang Nabi yang merupakan ayah dan anak ini merupakan etika komunikasi yang patut diteladani oleh semua orang. Komunikasi tersebut tertulis dalam surat Aa-saffat ayat 102, yang artinya “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “Maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Al-Qur`an sebagai pedoman hidup umat Islam telah mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya seperti yang telah dijelaskan pada ayat di atas. Namun, apa yang terjadi saat ini banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik antara orang tua dengan anak. Banyak sekali orang tua terlalu otoriter terhadap anaknya tanpa minta pendapat anaknya dengan alasan yang diinginkan orang tuanya adalah yang terbaik bagi anaknya, jadi mau tidak mau anaknya harus mau. Kebetulan anaknya tidak paham dengan keinginan orang tuanya sehingga anaknya tidak menuruti kemauan orang tuanya disebabkan etika komunikasi yang salah dari orang tuanya. Terkadang, seorang anak yang sudah paham keinginan orang tuanya bisa jadi menolak mentah-mentah karena kesalahan komunikasi.
Lebih parah lagi saat ini banyak anak yang sering menyakiti perasaan orang tuanya yang telah membesarkannya dikarenakan tidak memiliki etika komunikasi. Padahal orang tuanya sudah berbicara dengan benar dan meminta pendapatnya namun karena tidak sesuai dengan kehendaknya langsung ditolak mentah-mentah. Apalagi kalau anak tersebut paham kalau keinginan orang tuanya demi kebaikan anaknya namun karena nafsu, etika komunikasi tidak digunakan. Seharusnya seorang anak harus menuruti perintah orang tua selama perintah tersebut positif. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ismail yang langsung meng-iya-kan ucapan Nabi Ibrahim karena sudah paham perintah tersebut positif atau yang terbaik bagi dirinya. Yang perlu digaris bawahi dari peristiwa komunikasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah adanya saling pengertian di antara keduanya sehingga komunikasi menjadi efektif. Saling pengertian dalam peristiwa komunikasi tersebut perlu untuk diteladani oleh umat manusia.
Etika Komunikasi Organisasi
Etika komunikasi yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak hanya bisa dijadikan cerminan untuk komunikasi antara orang tua dan anak yang lingkupnya komunikasi antarpribadi. Tapi, etika komunikasi ini sangat cocok untuk diteladani dalam lingkup komunikasi organisasi. Organisasi yang terdiri dari banyak individu tentunya memerlukan komunikasi efektif sebagai penghubung antara individu dengan individu lainnya untuk keberlangsungan sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang terdiri dari struktur untuk membedakan antara atasan dengan bawahan dengan peran masing-masing perlunya etika komunikasi agar komunikasi antara atasan dengan bawahan maupun sebaliknya berlangsung nyaman dan lancar sehingga mempengaruhi kinerja organisasi yang baik.
Etika komunikasi seorang atasan dalam sebuah struktur organisasi perlu meneladani etika komunikasi Nabi Ibrahim yang tidak seenaknya memerintah dan menggunakan kata-kata yang lebih pas terhadap bawahannya. Bahkan Nabi Ibrahim juga meminta pendapat terhadap bawahannya. Padahal jika mau Nabi Ibrahim bisa saja otoriter terhadap Nabi Ismail namun Nabi Ibrahim tahu bagaimana cara menghargai seorang putranya. Etika Nabi Ismail yang merupakan seorang putra juga perlu diteladani oleh para peserta organisasi yang berperan sebagai bawahan. Sebagai bawahan harus mengikuti perintah atasan selama perintah tersebut tidak menyalahi aturan sosial masyarakat. Selain itu, bawahan juga harus memahami pesan komunikasi yang diperintahkan agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan tegas terhadap suatu perintah sehingga keputusan yang diambil bersama tidak merugikan banyak pihak. Seperti yang dicontohkan Nabi Ismail yang sangat memahami pesan komunikasi ayahnya sehingga tepat dan cepat serta tidak ada keraguan dalam mengambil keputusan karena sudah tahu perintah ayahnya adalah perintah terbaik untuk dirinya dan keluarganya sehingga keputusan yang diambil menjadi salah satu ritual hari besar dalam agama Islam sebagai ladang mendapatkan pahala.
Penulis, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang
Tulisan ini telah dimuat di Harian Duta Masyarakat (Koran berpusat di Surabaya Jawa Timur)
Oleh. Moch. Imron Rosyidi.,S.I.K., M.Sc*
Ilmu komunikasi mendapat ruang tersendiri di era rervolusi teknologi informasi 4.0 ini. Merespon hal tersebut, ASPIKOM sebagai asosiasi tingkat nasional pendidikan tinggi ilmu komunikasi, mengemas acara rutinan setiap 3 tahun dengan konsep berbeda. Bertempat di Hotel Syariah Lor-Inn Solo 24-26 Juli 2019, acara kongres ASPIKOM kali ini mengambil tema “Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era 4.0”.
Acara tersebut berurutan mulai dari, Semiloka, Call of Paper, Sharing Session di hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan Kongres dan Pemilihan Ketua ASPIKOM periode 2019-2022 pada hari kedua dan ditutup dengan clossing seremoni di hari ketiga. Jumlah pengelola program studi maupun utusan yang hadir di acara ini adalah sekitar 300 orang dengan 169 Pemilik suara penuh, dan beberapa rombongan.
Semiloka Merespon Tantangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi
Semiloka ini dimulai setelah registrasi pertama dan menjelang acara call of paper. Adapun pemateri dalam semiloka kali ini yang pertama adalah bapak Doni B.U., M.Si beliau adalah seorang Staf Ahli Menkominfo dibidang literacy digital. Beliau memaparkan pembangunan Palapa Rings atau yang biasa disebut Toll Langit hal itu merupakan respon pemerintah terhadap isu disruption. Beliau juga menjelaskan kasus-kasus yang menunjukkan kalau kita telat merespon akan semakin ketinggalan.
Sekedar contoh, beliau menunjukkan di Cina semua kegiatan jurnalistik atau Newsmaking sudah digantikan oleh mesin. Munculnya aplikasi pembuat berita, robot pembaca berita, serta WINDOWS membuat aplikasi Newscorrection membuat kegiatan industri Jurnalisme dari hulu hingga hilir akan digantikan oleh mesin. Maka tantangan yang harus diperhatikan bersama adalah skill apa yang harus dipertahankan atau dimunculkan untuk menghadapi itu semua.
Pembicara kedua adalah Retno Wulandari beliau adalah General Manager The Sunan Hotel Solo. Beliau menggambarkan bahwa ketika 10 tahun lalu seorang marketing officer suatu hotel/ perusahaan jasa harus membaca setidaknya 10 surat kabar untuk melihat ulasan dan citra perusahaan. Akan tetapi kini semua berbeda, untuk melihat track record perusahaan bisa di cek secara Realtime.
Seorang Public Relation Officer The Sunan bisa melihat dengan membaca #TheSunan di Twitter atau di ulasan maps, serta ulasan di ecommers seperti Traveloka dan MisterAladin. Publik kini lebih percaya pada influencer di dunia maya untuk mengulas dan memberi rekomendasi dari tiap produk. Seperti ketika kita membutuhkan refrensi wisata cukup melihat TripAdvisor. Sehingga pemilik-pemilik produk jasa akan harus mengundang reviewer maupun influencer tersebut ketika mangadakan Pers Conference atau jejaring media.
Pembicara ketiga adalah adalah Janu Arijanto, CEO Densu One, dan Member Forum Transformasi. Beliau memaparkan bagaimana pengelolaan prodi ilmu komunikasi harus memikirkan disruption yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. Beliau memaparkan bahwa kultur masyarakat yang akan berubah sejalan dengan perkembangan teknologi ilmu komunikasi. Beliau menawarkan penguatan Skills of Sense.
Skills-skills basic yang harus dimiliki untuk melihat fenomena, seperti urban atropology,cultural studies akan membuat kita tidak akan kehilangan ruang sebagai pakar-pakar komunikasi. Jurnalistik sudah tidak lagi menayasar masyarakat secara luas tapi pada aproximity bahkan pada tataran yang sangat detil. Sehingga broadcasting bahkan telah berubah menjadi sebuah entitas baru yang disebut dengan Broadnett, dimana ini mendekati Audience dangat pendekatan jaringan komunikasi.
Tema |
Realitas |
Tantangan/Solusi |
Literacy Digital |
-Palapa Rings
-Robot-Robot baru
-Teknologi begitu Cepat
|
-Skills Komunikasi manusia akan digantikan mesin |
PR Digital |
-Realtime information
–influencer newmedia
|
-Perubahan pola menenjeman informasi |
Digital Culture |
-Bergesernya pola konsumsi informasi di publik
-Menakar kemanusiaan di era ini
|
–Skill of Sense
-Menumbukan peran humanisme sebagai kajian digital |
Tabel Ringkasan hasil Semiloka (Diolah, Penulis 2019)
Call Of Paper Pendidikan Tinggi di Era 4.0
Dalam sesi kali ini saya tergabung di panel ruang 4 dan memperesentasikan paper saya berjudul, Narasi Pemikiran Jurgen Habermas Sebagai Pijakan Alternatif Komunikasi Pembangunan Partisipatif. Saya mendapatkan kesempatan pertama untuk melakukan presentasi. Dimana inti presentasi saya adalah membangun wacana alternatif dalam pendekatan komunikasi pembangunan.
Respon beragam muncul, mulai pertanyaan soal ontologi hinga aksiologi konsep yang saya bawakan. Turut hadir dalam diskusi ini sebagai panelis adalah Prof. Burhan Bungin., Ph.D beliau mengkritik istilah-istilah baru tentang konsep komunikasi yang memang sangat multi disipliner. Dimana beberapa peresenter gagal menjelaskan konsep-konsepnya secara filosofis, seperti komunikasi bencana, komunikasi pariwisata, dan komunikasi maritim yang dainggap panelis kurang kuat akar filosofinya.
Beliau memaparkan bukan tidak mungkin komunikasi bencana maupun komunikasi pariwisata bisa menjadi subuah prodi tersendiri bukan hanya mata kuliah atau konsentrasi. “Sebaikanya kita semua mulai melakukan refleksi terkait konsep-konsep itu, apa ontologinya, epistimologinya, dan aksiologinya. Jangan hanya ngawur membuat istilah komunikasi bencana tapi akarnya tidak jelas, padalah bukan tidak mungki suatu saat muncul prodi komunikasi bencana” papar Prof Burhan Bungin., Ph.D.
Sharing Session Pendidikan Tinggi Komunikasi Di Era 4.0
Acara dilanjutkan dengan sharing session dengan fasilitator diskusi Dr. M. Sulhan Ketua Departement Ilmu Komunikasi UGM. Beliau membuka diskusi dengan sebuah statmen unik yakni “Kanibalisme Antar Prodi Rumpun Ilmu Komunikasi”. Hal ini merupakan respon dimana revolusi industri 4.0 dan munculnya banyak prodi komunikasi baru akan menambah masalah baru pada serapan lulusan.
Hal tersebut pernah terjadi pada saat indonesia masuk Pasar Bebas, Prodi mageman dan ekonomi menjamur. Sehingga pada ujungnya, serapan terhadap lulusan menurun dan buktinya banyak prodi yang tutup atau di moratorium kementrian. Maka para pakar ilmu komunikasi berharap hal itu tidak terjadi pada prodi komunikasi ketika memasuki era 4.0.
Turut berbicara dalam sharing session kali ini beberapa prodi baru seperti Universitas Amikom, dan Universitas Muhammadiyah Magelang, yang diminta menjalaskan prodi masing-masing. Prodi baru ini turut mendapat apresiasi dari beberapa dewan pakar maupun pakar yang ditunjuk sebagai Asesor BAN-PT. Hal tersebut karena baik UM Magalang maupun Amikom memiilik karakter atau keunikan dibanding prodi-prodi lainnya. UM magelang dengan komunikasi bisnis digital dan rural studinya, serta amaikom dengan Cyber Comunicationnya.
Keunikan menjadi karakter penting, karena itu pertanyaan utama yang muncul oleh asesor ketika visitasi lapangan. Sebuah kasus Departement ilmu komunikasi di Indonesia Timur memiliki prodi Advertising yang jelas daya serapannya tidak sesuai dengan kultur dan demografis masyarakatnya. Berbeda lagi dengan Universitas Nusa Cendana yang sangat local wisdom, mereka memiliki prodi Komunikasi Lintas Budaya, keran secara geografis dekat dengan perbatasan. Disisi lain Universitas Nusa Cendana tetap memakai istilah Humas dibanding dengan PR karena pasar mereka membutuhka Skills-Skills kedaerahan.
Para dewan pakar berharap dan yakin keunikan akan tetap menjadi penyelamat Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi dari “kanibalisme Antar Prodi”. Karena komunikasi sebagai disiplin ilmu baru, harus menemukan tempatnya di era saat ini. Ditambah Informasi adalah isu yang sexy sehingga saingan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi tidak hanya pada internal lingkungan, tapi prodi lain yang berusaha mulai memasuki area kerja kita sebagai sebuah disiplin ilmu.
*Dosen Komunikasi Pembangunan di Prodi Ilmu Komunikasi UM Magelang
Surakarta-Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiya (APIK PTM) melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang bertempat di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Acara ini diikuti oleh 25 perwakilan PTM yang memiliki Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi se-Indonesia. Turut hadir, perwakilan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMgl). Kegiatan ini dibarengkan dengan Workshop Pengisian Borang Akreditasi 4.0, dengan pembicara Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc., yang juga sebagai Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah. ini dimulai pukul 09.00 WIB di ruang Sidang Badan Pelaksana Harian (BPH). Acara dimulai pukul 09.00 WIB di ruang siding Badan Pelaksanaan Harian (BPH) UMS, pada Selasa 27/7/19.
Workshop ini diadakan untuk mensinergikan dan menyatukan PTM agar siap dalam program akreditasi prodi. “Dengan adanya APIK ini, kami para tenaga pendidik Ilmu Komunikasi ingin kompak dan bersinergi, supaya kita (prodi Ilmu Komunikasi) dapat sukses bersama-sama),” ungkap Dr.Dian Purworini, Kepala Prodi Ilmu Komunikasi UMS.
Rakernas APIK PTM dilaksanakan setelah workshop selesai. Rakernas membahas tentang kegiatan-kegitan APIK PTM dalam setahun kedepan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Kerjasama dan Kelembagaan, Kurikulum, Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Publikasi. Hal ini diungkap oleh ketua APIK PTM, Himawan Sutanto, S.Sos, M.Si, “Setelah makan siang kita akan mengadakan raker siding komisi, yang membahas kegitan-kegiatan APIK PTM selama satu tahun ke depan.”
Berlangsungnya acara ini sangat membantu bagi Prodi Ilmu Komunikasi UMMgl dalam mempersiapkan akreditasinya untuk tahun depan. “Dengan adanya APIK PTM ini membantu sekali bagi kami Prodi Ilmu Komunikasi baru untuk berjuang, menambah wawasan kami. Dan kami sangat salut kepada Prodi-Prodi Ilmu Komunikasi PTM yang sudah besar untuk kesediaannya berbagi pengalaman untuk bersinergi berkemajuan bersama.” Papar Lintang Muliawanti, sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi UMmgl, yang juga turut hadir dalam Rakernas APIK PTM kemarin. (Annis Azhar)
Oleh. Hikmawati Fajri Devi Safitri (18.0802.0002)
Kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang melakukan kegiatan kunjungan ke stasiun televisi di Jogjakarta yakni Jogja TV dan juga kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta (UMY). Berangkat bersama dari kampus dua UMMgl dengan menggunakan bus kampus pada pukul 08.30. kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester II dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi UMMgl dengan tujuan pertama kita adalah Jogja TV.
Tiba di Jogja TV sekitar pukul 09.15 kemudian kita di sambut baik oleh pihak TV dan di persilakan masuk studio TV. Di sana kami juga diikut sertakan dalam program acara live Jogja TV yakni “Langen Sworo” pada pukul 10.00. singkat saja saya tiba-tiba ditunjuk oleh dosen untuk menjadi narasumber mahasiswa UMMgl di sekmen kedua. Sekmen pertama diisi oleh Bu Shanti (dosen) dan Gamala (mahasiswa). Kemudian di sekmen kedua inilah saya menjadi narasumber mahasiswa Ilmu Komunikasi UMMgl didampingi Bapak Sihab sebagai narasumber dosen UMMgl.
Disana kita diajak keliling seluruh tempat kerja Jogja TV dan dijelaskan bagaimana system kerja program Jogja TV. Kesan saya saat melakukan kunjungan ini adalah “sangat menyengkan bias belajar langsung dan tahu dunia pertelevisian, tidak hanya melalui teori yang telah disampaikan dosen ketika matakuliah berlangsung. Apalagi ketika menjadi narasumber saya merasa gugup, senang dan juga bangga bias memperkenalkan Ilmu Komunikasi UMMgl dihadapan pemirsa JogjaTV. Manfaat kunjungan ke Jogja TV ini juga seperti yang saya bilang tadi kita jadi lebih mengetahui praktik kerja langsung dan faham bagaimana perealisiasi dari teori yang telah kita pelajari. Dan tentunya sangat bermanfaat bagi saya yakni, membangkitkan semangat saya untuk mewujudkan cita-cita saya bekerja di stasiun televisi.”
Setelah berkunjung di Jogja TV, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Universitas Muhammadiyah Jogjakarta. Lebih tepatnya kami berkunjung di program studi Ilmu Komunikasi UMY. Di sana kami pun mendapat sambutan hangat oleh dosen-dosen UMY dan diperkenalkan Ilmu Komunikasi UMY seperti apa. Selain itu yang menjadi menarik adalah kita diajak keliling ke laboratorium Ilmu Komunikasi UMY. Betapa kagum dan senangnya kita diperlihatkan ruangan lab yang begitu elok dan menyenangkan.
Kesan saat kami berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta adalah “Merasa sangat senang bisa diperkenalkan dengan peradaban Ilmu Komunikasi UMY, selain itu dosen-dosen UMY juga tidak kalah asiknya dengan dosen Ilkom UMMgl, mereka menyenagkan, ramah, dan juga baik. Selain itu kita juga diperbolehkan memasuki semua laboratorium Ilkom UMY dan diperbolehkan juga untuk memegang alat laboratorium. Di sana kita juga banyak diceritakan kegiatan anak UMY dan juga prestasi anak UMY dengan karya-karyanya yang luar biasa. Manfaatnya bagi kita setelah melakukan kunjungan ini adalah kita menjadi terpantik semangatnya untuk melakukan kegiatan belajar perkuliahan, kita juga menjadi mempunyai pandangan untuk mengembangkan dan memajukan Ilmu Komunikasi UMMgl agar menjadi yang lebih baik lagi.”
Yogyakarta, 2/7/19-Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Magelang (UMMGL), melaksanakan kunjungan dan studi banding ke Jogja TV dan Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk kuliah lapangan Mata Kuliah Dasar Penyiaran.
Dwi Susanti, selaku dosen pengampu mata kuliah dasar penyiaran, menjelaskan pemilihan Jogja TV sebagai destinasi pertama ialah untuk memperkenalkan mahasiswa dengan perkembangan industri kepenyiaran. Hadir sebagai pembicara, Bagas, Pimpinan Produkis Program Jogja TV. Ia memberi penjelasan terkait dengan proses produksi sebuah acara yang dimulai dari pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Tidak lupa, Ia memberi kiat-kiat kepada mahasiswa untuk memupuk kemampuan soft skill dalam bidang broadcasting bila nanti hendak bercita-cita terjun ke dunia pertelevisian.
Terpisah, dalam kunjungan ke Prodi Ilmu Komunikasi UMY, mahasiswa diajak untuk melihat dan belajar terkait perlengkapan dan peralatan laboratorium terpadu yang dimiliki Prodi Ilmu Komunikasi UMY, meliputi laboratorium broadcasting, radio, dan public relations yang dipandu oleh Muhammad Mutaqin, dosen broadcasting Prodi Ilmu Komunikasi UMY. Selain itu, Mutaqin juga memberi penjelasan tentang proses kerja praktik produksi sebuah program atau film yang biasa ia dan mahasiswanya lakukan. Ia juga berpesan untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi UMMGL untuk tidak malu dan takut mencoba memproduksi sebuah karya meski dengan peralatan yang sederhana.
Pada kesempatan ini, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UMMGL sangat beruntung karena dapat berjumpa dengan Suciati, dosen senior dari Prodi Ilmu Komunikasi UMY. Suciati banyak berbagi pengalaman terkait perjuangan jatuh bangun membangun sebuah prodi. Menurutnya, tidak hanya dosen, mahasiwa juga memiliki peran dalam keberhasilan sebuah prodi baru. Perannya bisa dimulai dengan memperbaiki motivasi diri dalam menimba ilmu serta harus menumbuhkan jiwa kompetisi.
Sebuah harapan muncul dari terselanggaranya acara ini. Pertama ialah meningkatkan pemahaman mahasiswa akan dunia industri kepenyiaran. Kemudian memberi gambaran terkait praktek produksi program televisi atau film yang nantinya kedepan akan mereka hadapi. Terakhir, dengan adanya silaturahmi ini semoga dapat menjadi pijakan awal bagi prodi Ilmu Komunikasi UMMGL dalam menjalin hubungan baik dengan stakeholder ekternalnya.