PENGALAMAN PERTAMA IKUT LOMBA DEBAT

Oleh: Annisa Zafira (Ilkom ’18)

Pada Senin, 26 Maret 2019 lalu, Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Magelang mengirimkan tiga wakilnya untuk mengikuti KDMI (Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia) tingkat perguruan tinggi. Ketiga mahasiswa itu adalah Augustin Falah Pawaka dan Dwi Yuliani dari Prodi Psikologi dan Annisa Zafirah dari Prodi Ilmu Komunikasi. Kegiatan yang diikuti oleh enam kelompok debat dari seluruh fakultas ini dilaksanakan di aula Fakultas Ilmu Kesehatan yang terletak di kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang.

Kompetisi debat ini adalah pengalaman pertama bagi saya dan Falah, sedangkan sebelumnya Dwi telah mengikuti kompetisi debat tingkat perguruan tinggi Muhammadiyah. MOSI pada debat kali ini disampaikan dan dipilih acak oleh para peserta 15 menit sebelum debat masing-masing kelompok berlangsung. Pada technical meeting dua hari sebelum kompetisi berlangsung, panitia hanya menyampaikan clue dari tema debat nanti adalah hal yang sedang booming atau sedang marak dibicarakan di masyarakat. Tentu saja masing-masing dari kami memikirkan tentang dunia politik karena sebulang mendatang akan dilaksanakan pemilihan umum 2019. Tentu saja kami juga mencari jurnal-jurnal penting tentang kecanduan game, hal-hal terkait tentang gadged di kalangan milenial dan terkait masalah sampah, karena sampah adalah masalah yang tak kunjung selesai di Indonesia.

Pada debat kali ini ternyata kami mendapatkan tema tentang “Pemerintah Melarang Operasi Ganti Kelamin”. Kami dari Tim Pemerintah dan oposisi kami dari Fakultas Hukum. Setelah menerima MOSI dari panitia dan dewan juri, seketika pikiran kami blank dan sedikit kebingungan, tetapi kami menemukan jalan dengan mengait-ngaitkan hal tersebut dengan cabang ilmu yang kami pelajari, seperti kondisi psikologis, membangun opini publik, serta kondisi-konisi sosial yang ada di masyarakat. Setelah menyampaikan dan tetap berpegang teguh pada argument kami dari tim pemerintah tentu saja tetap setuju pada Mosi hari ini sampai waktu debat yang diberikan berakhir.

Pada KDMI kali ini FPH gagal menjuarai kompetisi. Namun, sebagai generasi muda kami tidak boleh putus asa dan akan terus belajar dan mencari pengalaman. Beberapa dosen dari FPH juga menyemangati kami dan memberikan beberapa masukan. Karena pada lomba debat kita dituntut menyampaikan dan mempertahankan argument, ada beberapa tips yang akan memperkuat kamu pada saat debat nanti.

  1.  Sebutkan nama dan dari tim mana kamu berasal. Jangan sampai gugup ketika menyampaikan argument.
  2. Selalu mengikuti berita-berita / isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat.
  3. Jangan membangun opini tunggal/ berpegang pada satu sumber, maka carilah informasi sebanyak-banyaknya dan membaca kutipan-kutipan isu terkait.
  4. Simak betul-betul argument yang di sampaikan lawan sehingga nanti kamu dapat memikirkan kalimat sanggahan untuk mematahkan argument tim lawan. Serta pemilihan kata yang tepat dan penggunaan bahasa sesuai situasi dan kondisi.
  5. Percaya diri dan jangan sampai terbawa emosi, sikap percaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mempertahankan argument. Jangan takut salah dan tetaplah yakin pada argument yang kamu bangun.
  6. Siapkan mental dan fisik ketika berdebat, karena kalau tidak, kamu akan blank dan juga banyak lagi kesalahan yang akan kamu buat ketika mental kamu tidak disiapkan dengan baik.

Sekian sedikit tips dari saya, semoga bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk saya. Good Luck teman-teman semoga berhasil.

Dosen yang Menyenangkan dan Fasilitas yang Nyaman

Dosen yang Menyenangkan dan Fasilitas yang Nyaman

Nama saya Chusnul Azizah Indahsari, biasa dipanggil Chusnul. Jujur, awalnya saya tidak berniat masuk universitas ini. Berkali-kali saya mengikuti tes perguruan tinggi negeri, namun berkali-kali juga saya gagal. Akhirnya saya mengikuti apa kata orang tua meminta saya untuk kuliah  di Universitas Muhammadiyah Magelang. Awalnya saya ingin mengambil program studi lain, karena prodi ilmu komunikasi belum ada di brosur. Ketika saya mendaftar, ternyata di spanduk ada bertuliskan prodi ilmu komunikasi. Tanpa berfikir panjang, niat saya yang mengambil prodi lain berubah menjadi ilmu komunikasi. Walaupun ada rasa cemas karena ini prodi baru, berbagai pikiran negatif yang muncul mulai dari jika yang mendaftar sedikit dan belum ada akreditasinya, dan lain-lain. Tetapi dibalik pikiran-pikiran negative tersebut, saya yakin pasti ini jalan yang terbaik untuk saya.

Ternyata apa yang saya pikirkan benar-benar berbeda, tidak sedikit yang mendaftar di prodi ilmu komunikasi ini. Selain itu, mereka juga mudah bergaul dan mau membaur satu dengan yang lainnya. Mahasiswa-mahasiswa prodi ini tidak hanya berasal dari kota Magelang saja, mulai dari kota sebelah dan bahkan dari luar provinsi. Informasi tentang Universitas Muhammadiyah Magelang ternyata sudah meluas, tidak hanya disatu dua kota saja. Dosen-dosen yang mengampu di prodi tersebut juga tidak mudah membosankan. Berbagai metode-metode pembelajaran yang mereka ajarkan kepada kami semua selalu menyenangkan. Mereka juga menjelaskan sampai kami semua benar-benar faham dalam menangkap semua materi. Bahkan ketika di luar jam pelajaran, dosen juga mengizinkan kami untuk meminta bantuan jika kami ada kesulitan dalam materi atau tugas.

Selain teman dan dosen yang menyenangkan, kami juga mempunyai kelas yang sangat nyaman. Berbagai fasilitas yang kampus berikan kepada kami, seperti terdapat AC, proyektor, speaker, kelas yang bersih, dan lain-lain membuat kami lebih mudah untuk mengikuti jam pembelajaran. Walaupun setiap hari saya harus menempuh jarak berkilo-kilo meter, tetapi semua itu tidak terasa ketika saya bisa belajar di Universitas ini.

Kekeluargaan yang Kental

Kekeluargaan yang Kental

Kekeluargaan yang Kental

Saya Annisa Zafirah kelahiran Curup, 13 April 2000. Saya berasal  dari kota Pagaralam tepatnya di sumatera selatan. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang bmemang baru berdiri, dan saya bersama teman-teman lainnya adalah angkatan pertama yang Inshaa Allah akan bersama-sama membangun citra yang baik dan memperkenalkan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang  kepada masyarakat umum khususnya kepada teman-teman yang sekarang masih berstatus siswa SMA.

Kegiatan perkuliahan baru saja berjalan beberapa pekan tetapi kekeluargaan yang berlangsung selama masa perkuliahan sangatlah kental  terasa, para dosen pembibimbing pun sangatlah meng-asyikan. Memang terkadang jenuh, kadang juga terasa bosan, tetapi selalu saja ada guyonan atau candaan di setiap pertemuan. Terimakasih untuk para dosen dan teman teman telah membantu saya untuk beradaptasi  di lingkungan yang menurut saya asing, tetapi bersama teman-teman  saya  yakin saya bisa segera mengikuti  budaya yang ada di sini.

 

Teknologi Membuat Manusia Lemah

Teknologi Membuat Manusia Lemah

Oleh: Sihabuddin

Tulisan ini sudah dimuat di Harian Analisa Medan Edisi 8 Juni 2018

Setiap manusia memiliki keterbatasan sehingga diperlukan teknologi untuk mempermudah masyarakat dalam segala aktivitasnya. Berkat teknologi peradaban manusia menjadi maju dan semakin berkembang hingga saat ini karena masalah-masalah dalam pengelolaan sumber daya alam cepat teratasi. Dengan semakin majunya peradaban manusia tentunya diikuti oleh kemajuan teknologi pula yang melahirkan berbagai teknologi  baru di berbagai bidang mulai transportasi, teknologi, informasi, komunikasi, dan lainnya, sehingga kemajuan demi kemajuan dari segala aspek terus terjadi, inilah dampak positif dari keberadaan teknologi.

Namun, keberadaan teknologi juga memiliki dampak negatif yang sangat membahayakan manusia. Dampak tersebut bukan dikarenakan oleh teknologi itu sendiri, tapi dikarenakan oleh pemakainya. Manusia yang sangat diuntungkan dengan keberadaan teknologi sampai kebablasan sehingga sangat tergantung pada teknologi dan membutnya malas untuk menggunakan organ tubuhnya untuk beraktifitas. Padahal teknologi diciptakan untuk mengatasi keterbatasan manusia yang tidak bisa digunakan oleh organ tubuh secara langsung, bukan untuk mengganti fungsi alat tubuh untuk beraktifitas. Namun saat ini teknologi banyak yang digunakan untuk menggantikan manusia bukan untuk membantu manusia, sehingga sangat membahayakan manusia itu sendiri. Sebab, semua organ tubuh manusia harus digerakan atau digunakan sesuai dengan kadarnya jika tidak digunakan akan membahayakan pemilik organ tubuh tersebut karena akan menyebabkan lemah atau sakit bahkan berujung pada kematian.

Ketergantungan pada teknologi saat ini sudah sangat membudaya di masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat tidak hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan yang tidak mau berjalan kaki ke tempat yang bisa dijangkau jalan kaki. Jika ada orang yang jalan kaki ke tempat yang dekat saja, biasanya akan ditanya kendaraannya dimana. Hal ini dikarenakan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari hampir semua masyarakat jadi wajar jika ada yang berpergian meski jarak dekat akan ditanya kendarannya. Hal ini menyebabkan saat ini banyak orang yang tidak kuat jalan kaki meski jaraknya dekat. Padahal fungsi kaki untuk berjalan dan dari setiap langkahnya memberikan banyak manfaat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dengan jalan kaki tubuh tetap tidak mudah sakit. Diambil dari www.alodokter.com, jalan kaki memberikan banyak manfaat baik untuk kesehatan jantung, menurunkan kolesterol, mencegah diabetes, menurunkan berat badan, mencegah osteoporosis dan sebagainya.

Dengan melihat fenomena ini, wajar saat ini banyak orang yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Hal ini karena anggota tubuhnya tidak bergerak sehingga ada ketidakseimbangan di dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya penyakit. Coba bandingkan dengan zaman dahulu, dimana teknologi tidak secanggih seperti saat ini. Orang-orang terdahulu di usia 50 tahun bahkan 60 masih banyak yang sehat bugar, penglihatannya tidak minus, pendengarannya masih normal, dan jalan kakinya masih kuat. Hal ini orang-orang terdahulu tidak tergantung dengan teknologi, organ tubuhnya digunakan sebagai mana mestinya, penggunaan teknologi sesuai dengan keperluan, sehingga tubuhnya tidak lemah meski sudah tua. Sedangkan saat ini, di usia 50 bahkan 40 saja sudah banyak yang harus cek kedokter karena penyakit yang diderita.

Selain melemahkan tubuh, teknologi juga melemahkan manusia dari aspek pergaulan. Memang dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi manusia semakin mudah menjalin pertemanan dengan siapapun karena bisa berkomunikasi dengan jarak jauh. Namun, banyak orang yang kebablasan dalam menggunakan teknologi ini, sehingga malas bersilaturrahmi di waktu-waktu senggang bahkan ada yang malas bertutur sapa secara langsung dengan orang yang di sekitarnya karena lebih suka berkomunikasi dengan orang yang jauh. Sehingga banyak manusia lemah atau tidak pandai dalam bergaul dengan masyarakat di sekitarnya, padahal jika ada sesuatu yang tidak diinginkan orang-orang terdekatnyalah yang pertama kali akan menolong, bukan orang jauh yang diajak berkomunikasi dengan teknologi tersebut.

Teknologi juga melemahkan manusia dalam keterampilan, seperti dalam keterampilan menulis atau kaligrafi. Saat ini banyak mahasiswa meski sudah berpendidikan tinggi memiliki tulisan tangan yang jelek karena lebih sering menulis menggunakan laptop, dan sebagainya. Selain itu, saat ini semakin sedikit orang yang benar-benar mempelajari kaligrafi karena sudah ada alat yang bisa membuat tulisan yang bagus. Sehingga orang-orang yang bisa menulis dengan tulisan tangan yang indah semakin sedikit. Padahal menulis dengan tangan juga memiliki banyak manfaat salah satunya bisa meningkatkan ingatan. Masih banyak dampak negatif dari teknologi yang melemahkan manusia di berbagai aspek. Namun, teknologi melemahkan manusia jika kebablasan atau berlebihan dalam penggunaanya, karena hal yang berlebihan itu tidak baik. Jika teknologi digunakan sebagai mana mestinya tentunya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Penulis: Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang

Meningkatkan Konsumsi Ikan

Meningkatkan Konsumsi Ikan

Oleh: Sihabuddin

Tulisan ini sudah dimuat di Magelang Ekspress Edisi 4 September 2018

Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan luas laut mencapai 70 persen dari luas seluruh wilayah tentunya memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Kekayaan laut Indonesia terdiri dari terumbu karang yang mana 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia dan diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya. Kekayaan laut Indonesia tentunya sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik salah satunya dengan mengkonsumsi ikan laut yang sangat melimpah, bahkan menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi sumber daya ikan mencapai 9,9 juta ton. Namun sayang, kekayaan laut yang melimpah tidak benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang enggan makan ikan laut terutama daerah pegunungan, menurut data FAO sebagai badan pangan dunia menyebutkan Indonesia berada di peringkat ke lima di ASEAN setelah Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Filipina sebagai negara dengan konsumsi ikan.

Melihat data ini tentunya sangat miris melihat Indonesia sebagai negara terluas di Asia Tenggara dilihat dari segi daratan maupun lautan. Dengan sedikitnya masyarakat Indonesia yang suka makan ikan maka industri perikanan di Indonesia tidak berkembang dan potensi laut yang melimpah akan sia-sia. Jadi tidak heran jika ikan laut di Indonesia banyak yang dicuri oleh negara lain karena tidak dikelola secara maksimal. Maka dari itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Pudjiastuti mengampanyakan agar masyarakat Indonesia rajin memakan ikan agar kekayaan ikan laut di Indonesia benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, harga ikan laut relatif lebih dari pada daging sapi dan gizi ikan laut sangat bagus untuk kecerdasan seorang anak.

Salah satu daerah yang paling rendah mengkonsumsi ikannya adalah pulau Jawa terutama Jawa Tengah, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah angka mengkonsumsi ikan di Provinsi Jawa Tengah berada di angka 26 kilogram masih jauh di bawah target nasional yaitu 36 kilogram. Padahal Jawa Tengah diapit oleh lautan, laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia sebelah Selatan. Harusnya dengan potensi laut yang luas masyarakat Provinsi Jawa Tengah rajin mengkonsumsi ikan. Selain Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang konsumsi makan ikannya rendah. Menurut kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta tingkat konsumsi ikan warga kota Yogyakarta baru mencapai 23 kilogram perkapita pertahun. Masih jauh dibanding rata-rata nasional.

Ada banyak hal yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak begitu suka makan ikan laut. Salah satunya adalah mitos, banyak mitos yang beredar di masyarakat terutama untuk ibu hamil kalau memakan ikan laut bayinya berbau amis, ada pula yang mengatakan ibu hamil yang memakan ikan laut bayinya akan cacingan. Padahal mengkonsumsi ikan sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan terutama untuk perkembangan anak karena ikan mengandung asam lemak omega 3 yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak. Selain itu, ikan juga mengandung kalsium, vitamin D, dan fosfor yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang. Mengkonsumsi ikan juga sangat baik untuk kesehatan jantung dan manfaat lainnya. Jadi mitos yang beredar di masyarakat saat ini tentang mengkonsumsi ikan itu tidak benar.

Selain mitos, penyebab masyarakat rendah mengkonsumsi ikan adalah pandangan masyarakat terhadap konsumsi ikan. Sebagian besar masyarakat berpandangan orang yang mengkonsumsi ikan laut dari kalangan kelas menengah ke bawah karena harganya lebih murah dari pada harga daging, apalagi daging sapi. Dan kebiasaan orang Indonesia akan menganggap luar biasa sesuatu yang harganya mahal, meskipun yang mahal belum tentu lebih berkualitas. Hal ini berbeda dengan di Jepang mengkonsumsi ikan menjadi hal yang biasa bukan menunjukan kelas ekonomi, bahkan acara-acara memasak di stasiun televisi Jepang menu utamanya sering dari ikan laut. Untuk wilayah Jawa Tengah bagian Tengah dilihat dari sisi Utara dan Selatan, salah satu penyebab rendahnya masyarakat mengkonsumsi ikan laut salah satunya karena mahalnya harga ikan laut dan sedikitnya penjual ikan laut. Sehingga wajar jika masyarakat wilayah ini lebih memilih tahu, tempe, telur, daging, dan sayur sebagai pendamping nasi untuk dikonsumsi.

Untuk menyadarkan dan menjadikan masyarakat gemar mengkonsumsi ikan tidak cukup dengan penyuluhan atau sosialisasi dan iklan anjuran makan. Tapi juga pembiasaan masyarakat untuk makan ikan sejak kecil, sebab kebiasaan sejak dari kecil akan sangat berpengaruh saat dewasa. Contohnya sebagian besar orang Indonesia sejak dari kecil makan nasi maka tidak akan merasa kenyang makan apapun kecuali makan nasi. Tentunya hal ini sama dengan pembiasaan mengkonsumsi ikan. Maka dari itu, pemerintah perlu berperan aktif dalam menyediakan sarana dan prasana agar ikan mudah didapat meskipun di daerah pegunungan tentunya dengan harga yang murah. Selain itu, perlunya tips-tips gratis untuk mengelola ikan dengan rasa dan sajian yang unik. Faktor tokoh juga mempengaruhi perilaku masyarakat, alangkah baiknya pemerintah menjadikan beberapa tokoh terkenal sebagai juru kampanya untuk mengkonsumsi ikan dan tokoh tersebut memberikan contoh langsung cara mengkonsumsi ikan sehingga mengubah pola pikir masyarakat bahwasannya mengkonsumsi ikan itu kelas elit.

Penulis: Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang

Memopulerkan Buah-Buahan Lokal

Memopulerkan Buah-Buahan Lokal

Oleh: Sihabuddin

Tulisan ini sudah dimuat di Koran Jakarta Edisi 30 Juli 2018

Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dan beriklim tropis Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang begitu melimpah. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan kedua di dunia setelah Brazil. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia (sumber: http://news.unpad.ac.id). Salah satu keanekaragaman hayati di Indonesia yang begitu melimpah adalah tumbuh-tumbuhan. Adapun tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di Indonesia banyak sekali macamnya, tergantung melihat dari sisi yang mana. Secara garis besar tumbuh-tumbuhan dibagi dua, ada yang berbuah ada yang tidak, yang berbuah pun ada yang bisa dimakan ada yang tidak.

Buah-buahan yang merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga kesehatan tubuh sangat dekat sekali dengan kehidupan manusia. Sehingga pohon buah-buahan sengaja di tanam dipekarangan rumah bahkan di tanam di kebun karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas dan menjadi lahan bisnis. Buah-buahan ada yang sangat populer ada yang tidak. Buah-buahan yang populer buah-buahan yang mudah hidup di berbagai belahan dunia dan dibawa oleh manusia dari suatu wilayah ke wilayah lain. Seperti buah pisang yang merupakan salah satu buah paling populer di seluruh dunia. Buah pisang yang diperkirakan berawal dari Asia Tenggara saat ini sudah mendunia karena buah ini mudah tumbuh di berbagai tempat dan memiliki banyak manfaat. Selain pisang, ada buah kelapa yang diperkirakan dari pesisir Samudra Hindia di sisi Asia, buah mangga yang diperkirakan dari perbatasan India dan Myanmar, buah jeruk yang diperkirakan dari Asia Timur dan Asia Tenggara, Apel yang diperkirakan dari Asia Tengah, Nanas yang berasal dari Brazil, Pepaya yang berasal dari Meksiko, dan buah-buahan lain yang mudah dijumpai di berbagai belahan dunia.

Salah satu ciri khas dari buah-buahan populer ialah memiliki nama tersendiri atau sebutan tersendiri dalam setiap bahasa. Hal ini dikarenakan buah-buahan populer tersebut sudah sangat dekat dengan masyarakat di suatu wilayah tertentu sehingga masyarakat berhak memberi nama sesuai kesepakatan masyarakat di daerah tersebut. Seperti buah pisang dalam bahasa Indonesia yang dalam bahasa Inggris disebut banana, dalam bahasa Arab disebut mauzun, dalam bahasa Mandarin disebut  Xiāngjiāo, dalam bahasa hindi disebut kele, dalam bahasa Shawili disebut ndizi, dan nama-nama lain di berbagai bahasa yang berbeda. Begitu pula dengan buah-buahan populer lainnya yang memiliki banyak sebutan di berbagai bahasa.

Buah Lokal Indonesia

            Indonesia memiliki banyak sekali buah-buahan lokal yang kurang populer karena kalah bersaing dengan buah-buahan yang sudah medunia. Padahal buah-buahan lokal tersebut tidak kalah rasanya dan khasiatnya dengan buah-buahan yang sudah populer di masyarakat. Bahkan, buah-buahan lokal tersebut rasanya unik karena jarang dikonsumsi. Seperti buah trenggulun, buah-buahan dari pohon yang berduri ini rasanya manis asam bahkan terasa aneh, namun buah yang tumbuh di dataran rendah ini memiliki khasiat untuk meredakan sariawan. Selain trenggulung yang banyak ditemukan di Jawa, ada buah matoa yang merupakan buah asli dari tanah papua. Buah yang rasanya sangat manis ini memiliki aroma yang unik karena aromanya campuran rambutan, klengkeng, dan durian. Memang saat ini matoa sudah mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, tapi kepopulerannya masih kalah dengan buah-buahan impor yang sudah mendunia.

Selain trenggulun dan matoa, ada buah jamblang yang sulit ditemukan di perkotaan namun tumbuh liar di pedesaan. Jamblang yang memiliki banyak nama di Indonesia sesuai dengan bahasa daerahnya terasa asing bagi orang-orang kota karena buah-buahan ini jarang terdapat di super market, mall, dan pusat perbelanjaan lainnya. Padahal buah ini kandungan vitamin A dan C nya tidak kalah dengan buah yang mudah ditemukan di pasaran. Memang buah jamblang juga ditemukan di negara-negara lain tapi buah ini sangat dekat dengan masyarakat pedesaan sehingga perlu dikembangkan seperti buah-buah lainnya. Selain Jamblang ada buah buni yang namanya agak asing bagi masyarakat Indonesia padahal buah ini memiliki rasa yang unik antara asam dan sepat sehingga enak kalau dibuat rujak serta kaya akan manfaat, buah buni sudah jarang ditemukan di pekarangan karena tidak dibudayakan dan dinilai kurang komersil untuk dibudidayakan. Selain buah-buahan tersebut masih banyak buah-buahan lokal yang kurang populer.

Penyebab kalahnya buah-buahan lokal kalah bersaing dengan buah-buahan yang sudah mendunia karena kurangnya minat orang Indonesia sendiri untuk membeli buah-buahan lokal. Orang Indonesia lebih suka membeli buah-buahan impor karena dinilai lebih mewah seperti anggur, buah pir, strawberry, buah naga, kiwi, cherry, dan buah lainnya. Sehingga para petani atau pekebun yang hidupnya dari menjual hasil pertanian atau perkebunan enggan menanam buah-buahan lokal yang sebenarnya tidak kalah dengan buah-buahan impor karena tidak ada yang membeli dan tidak ada pengepul juga. Selain itu, banyak masyarakat yang belum tahu nama-nama buah-buahan lokal karena jarang ditemui di pasaran. Padahal bisa jadi masyarakat yang belum tahu sangat menyukainya.

Maka dari itu buah-buahan lokal perlu untuk dipopulerkan tidak hanya bentuk buahnya tapi juga khasiatnya agar semakin dikenal oleh masyarakat dan semakin diminati sehingga para petani semangat untuk membudidayakan sebab sudah menemukan pasar untuk dijual. Agar semakin populer, harus mengubah cara pandang masyarakat kalau buah-buahan lokal lebih berkelas dari pada buah-buahan impor. Dengan mengubah cara pandang masyarakat bahwasannya buah-buahan lokal lebih berkelas maka buah-buahan lokal akan dihidangkan di acara-acara penting seperti pernikahan, syukuran, dan acara lainnya. Tentunya juga perlu diiklankan oleh pemerintah di berbagai media ajakan untuk mengkonsumsi buah-buahan lokal sehingga buah-buahan lokal semakin dikenal dan diminati.

Penulis: Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang