Membangun Start-Up Media Ala Anak Muda

Membangun Start-Up Media Ala Anak Muda

Magelang-Diskusi Asyik Komunikasi (DISIK) kembali digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma). DISIK Seri #8 kali ini bertema “Membangun Start-Up Media Ala Anak Muda” bersama Gerry Prayudi, CEO Bengawan News, partner resmi Kumparan. Acara dipandu oleh, Prihatin Dwihantoro, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unimma (24/7/2020).

Kesempatan kali ini, Gerry Prayudi berbagi pengalamannya tentang bisnis pengelolaan media sosial. Gerry Prayudi bercerita usahanya berawal dari ide untuk membuat akun Instagram yang mengulik tentang potensi pariwisata kota tercintanya, Solo.

Gerry Prayudi memberi nama akun tersebut @surakartakita. Fokus kontennya seputar informasi wisata budaya dan kuliner di Solo. Saat ini akun @surakartakita telah memiliki 82 ribu pengikut.

Sukses dengan @surakartakita tak membuatnya merasa puas. Lalu, Gerry Prayudi mengembangkan bisnisnya pada portal online Bengawan News dibawah, Bengawan Grup. Bengawan News, berkonsentrasi pada produksi konten jurnalistik.

Gerry Prayudi menuturkan, tantang mengelola media online ialah harus dapat memastikan kebenaran kabar yang akan disebarluaskan. Ia bercerita, pernah sekali, Bengawan News kecolongan menyiarkan kabar yang data lokasinya belum lengkap. Pengalaman ini, ia kenang sebagai bahan evaluasi. Oleh karenannya, ia selalu menekankan bahwa verifikasi data menjadi hal penting untuk menjaga kredibilitas media online yang dikelolanya.

“Banyak netizen yang mengirim berita melalui DM. Dari semua berita yang dikirimkan ada yang salah info. Untuk keamanan dan kebenaran informasi, misal lokasinya tidak benar itu bisa di cek di Google Image, Google Maps, atau crosscheck di forum grup buat di konfirmasi bersama,” ungkap Gerry Prayudi.

Lebih lanjut, Gerry Prayudi memaparkan apa yang ia dapatkan saat ini tidak terjadi secara instan. Semasa kuliah Gerry Prayudi menyibukan dirinya dengan kepengurusan organisasi. Pengalaman itulah yang menjadi modal Gerry Prayudi merintis usahanya.

“Dari organisasi itu belajar buat bekal. Setelah lulus itu biar bermanfaat. Bisnis juga jadi”, ungkap Gerry Prayudi.

Saat closing statementnya, Gerry Prayudi berpesan kepada mahasiswa untuk berani bermimpi. Bercita-cita yang tinggi  agar bisa membuka lapangan kerja baru.

“Yang pertama, jangan pernah takut bermimpi. Bermimpilah yang tinggi. Kedua, selalu ada jalan. Pantang menyerah, tetap gerak, cari pengalaman sebanyak-banyaknya selagi muda. Terus ketiga, belajar buat lapangan kerja sendiri. Jangan terus-terusan mengandalkan ikut sama orang lain,” papar Gerry Prayudi.

Sementara itu, Chusnul Indahsari, salah satu viewers live IG Prodi Ilkom Unimma, menyatakan DISIK #8 memberinya informasi bisnis pengelolaan akun media sosial.

“DISIK #8 kali ini sangat bermanfaat. Menambah wawasan pengetahuan bagi saya. Ternyata ada bisnis yang suka bikin akun. Terus nanti kalau followersnya udah banyak bisa dijual,” ungkap Chusnul heran.

Kisah Sukses Pembanguanan Desa, Diskusi Agropreneurship Bersama Rayndra

Kisah Sukses Pembanguanan Desa, Diskusi Agropreneurship Bersama Rayndra

Kabupaten Magelang memiliki potensi dalam bidang pertanian dan peternakan. Namun, belum banyak orang yang peduli dan tertarik melakoni profesi ini.

Oleh sebab itulah, Prodi Ilmu Komunikasi (Unimma) menangkap hal tersebut sebagai bentuk fenomena sosial. Guna meneguhkan peran sebagai stakeholder dalam persoalan tersebut maka Prodi Ilmu Komunikasi Unimma mengawalinya dengan menyelenggarakan diskusi virtual dengan tema Agropreneurship: Cerita Pemuda Desa Membangun Desa. Topik pembahasannya ialah seputar agrobisnis dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pertanian dan peternakan. Lalu, ditinjau dengan konsep komunikasi pembangunan, Selasa (28/7/2020).

Menyikapi hal tersebut dalam materinya, Rayndra Syahdan Mahmudin, narasumber pertama pada zoominar yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), mengungkapkan terdapat stikma bahwa bertani dan beternak identik dengan “miskin” dan “kotor”. Selain itu, belum terciptanya pola pikir “berani mandiri” dari para petani dan peternak di desa.

Mind set petani itu miskin dan kumuh serta terbiasa untuk “meminta”. Ini menjadi masalah,” ungkap Rayndra Syahdan Mahmudin memaparkan materinya terkait agrobisnis yang dilakoninya.

Rayndra Syahdan Mahmudin, merupakan sosok aktivis pemberdayaan masyarakat petani dan peternak. Saat ini ia memegang tiga tanggung jawab sekaligus. Pertama sebagai Ketua Forum Komunikasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kedua, sebagai Ketua Badan Ekonomi Kreatif Kabupaten Magelang. Terakhir, sebagai Ketua Program Kesejateraan Keluarga (PKK) Milenia Kabupaten Magelang.

Lebih lanjut, Raydra Syahdan Mahmudin menegaskan bahwa dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengedukasi petani dan peternak dalam prosesnya menuju kemandirian. Salah satunya ialah perguruan tinggi.

“Ini (mind set petani itu miskin dan kumuh serta terbiasa untuk “meminta”) yang harus kita ubah, sama-sama. Dengan Ibu Tanti Zainal Arifin (Istri Bupati Magelang), Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dan universitas tentunya,” jelas Rayndra Syahdan Mahmudin.

Rayndra juga menyampaikan diskusi semacam ini menjadi penting dilakukan sebelum merencanakan sebuah program pemberdayaan masyarakat petani dan peternak. Alasannya, agar tercipta sebuah sinergi antar pihak-pihak penyelengaran program pemberdayaan masyarakat tersebut. Ia juga menambahkan bahwa dibutuhkan peran ilmu komunikasi untuk menyampaikan pesan tentang program pemberdayaan masyarakat tersebut.

“Teman-teman komunikasi sangat penting kiprahnya. Ini membantu kita dalam penyampaikan program-program kami kepada masyarakat agar tercipta sinergi. Ketika melakukan pemberdayaan kalau bersinergi kan jadi lebih bagus,” tegas Raydra Syahdan Mahmudin saat menyampaikan materi.

Pada kesempatan tersebut, Rayndra Syahdan Mahmudin bercerita, dalam menjalankan bisnisnya ia tak hanya berorientasi pada keuntungan saja. Namun, ia juga ingin bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Hal inilah yang mendorong Rayndra fokus untuk memberdayakan ekomoni kaum marjinal, para buruh tani.

“Ibu-ibu kita latih untuk beternak domba, dengan sistem yang saya temukan ini. Ibu-ibu tidak meninggalkan kewajibannya tapi juga dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarganya. Saya wajibkan yang dibeli (limbah pohon jagung) itu yang (berasal dari) buruh. Kalau yang petani kan punya uang banyak, dia bisa survive secara ekonomi. Tapi kalau buruh tani ini nggak. Perlu kita bantu, karena dia kan penghasilannya bisa 25 ribu perhari bahkan kurang. Ini kan bisa menjadi pemberdayaan saya, kaum marjinal atau kaum yang inklusif itu yang pingin kita bangun dan kita libatkan anak-anak muda agar terjadi pembangunan yang partisipatif,” tegas Raydra Syahdan Mahmudin.

Sementara, Moch. Imron Rosyidi, dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unimma, sebagai pemateri kedua memaparkan praktik yang implementasinyan oleh Rayndra Syahdan Mahmudin sudut pandang komunikasi pembangunan. Ia menjelaskan apa yang telah dilakukan oleh Raydra Syahdan Mahmudin selama ini telah sesuai dengan landasan dari pembangunan masyarakat.

“Jadi sebenarnya, secara tidak langsung semua konsep dari landasan pembangunan telah diterapkan oleh Mas Raydra. Kalau secara akademis ini benar-benar sudah sesuai dengan landasan dari pembangunan masyarakat,” papar Moch Imron Rosyidi.

Sementara itu, 40 peserta hadir dalam zoominar kali ini. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, dan Bandnung.

Ria Widyaningrum, salah seorang peserta zoominar berasal dari Kalimantan Utara, menyatakan bahwa diskusi berjalan baik. Meskipun beberapa kali terdapat kendala sinyal. Namun demikian, menurut Ria Widyaningrum materi yang disampaikan narasumber sangat menarik. Ria Widyaningrum menambahkan setelah mengikuti diskusi yang berjalan selama kurang lebih empat jam ini, ia mendapat wawasan terkait dengan kegiatan kemitraan dan teknik komunikasinya.

“Pelaksanaan secara umum baik. Cuma berulang ulang para narasumber kehilangan sinyal yah. Untuk materi sangat menarik. Saya lebih banyak menangkap materi pertama mengenai kegiatan kemitraan dan bagaimana teknik komunikasinya,” ungkap Ria Widyaningrum. (Annis)