Magelang (25/9) – Adanya putusan DPR RI mengenai RUUKUHP, RUUPKS, dan RUUKPK yang dinilai tidak adil dan relevan bagi rakyat Indonesia membuat para generasi muda, utamanya para mahasiswa bergerak untuk mencari keadilan. “#GejayanMemanggil” adalah wujud aksi mahasiswa dari berbagai penjuru Daerah Istimewa Yogyakarta hingga luar Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya para mahasiswa di Magelang. Sekitar lebih dari 700 mahasiswa UMMagelang turun ke Gejayan untuk menyuarakan aspirasi. Aksi yang berlangsung pada 23 September 2019 menjadi sebuah momentum yang akan diingat sebagai bentuk perjuangan atas kegelisahan-kegelisahan masyarakat.
Bagi mahasiswa yang minim pengalaman aksi, muncul pertanyaan: “Apa dan bagaimana mengkoordinir aksi? Mengapa dan bagaimana kita mengkondisikan diri kita saat melaksanakan aksi? Bagaimana cara menyampaikan pesan melalui sebuah aksi?” Mengamati fakta bahwa tidak semua mahasiswa mengerti konsep dan tujuan aksi, muncul pertanyaan lanjutan, “Apakah mahasiswa sudah punya landasan intelektual untuk turun ke jalan?” Pasalnya, hal ini adalah bekal wajib agar pesan-pesan perjuangan jelas, tepat sasaran, dan dengan efektif tersampaikan secara aman dan terkendali.
Membaca fenomena tersebut, Prodi Ilmu Komunikasi UMMgl mencoba menelaah peristiwa aksi tersebut dalam diskusi ilmiah ringan dengan tema “Dinamika Aksi Massa dari Perspektif Ilmu Komunikasi”. Diungkapkan oleh Aftina Nurul Husna, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UMMgl, “Saat ini sedang ada aksi mahasiswa dengan hastag Gejayan Memanggil. Kami amati bahwa sebagian mahasiswa hanya ikut-ikutan dan tidak mendapatkan asensinya. Kami berpikir bagaimana agar apa yang sedang jadi isu saat ini bisa membuat mahasiswa belajar lebih banyak lagi. Maka, peristiwa ini harus dikaji dari sudut pandang ilmu. Aksi ini harus ada makna nya, utamanya bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi.”
Diskusi yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini bertempat di ruang baca Prodi Ilmu Komunikasi. Hadir sebagai pembicara, M. Imron Rosyidi, dosen komunikasi politik Prodi Ilmu Komunikasi UMMagelang. Diskusi ini menurutnya dapat menjadi sarana pembelajaran mahasiswa tentang isu-isu publik dilihat dari kacamata akademis.
“Isu publik saat ini tentang demonstrasi kadang direspon dengan latah. Saya ingin membimbing mahasiswa saya jadi mahasiswa yang ikut aksi tidak asal ikut. Beberapa mengikuti aksi ini hanya karena ingin narsis. Diskusi ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa akademis. Selama ini kita kurang ruang diskusi, maka adanya acara ini bisa menjadi poin penting bagi mahasiswa,” jelas M.Imron Rosyidi.
Sementara itu, peserta diskusi berasal dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang dari berbagai kalangan. Peserta termotivasi untuk hadir karena merasa perlu menambah wawasan dan pengetahuan mereka terkait dengan aksi yang dikaitkan dengan geopolitik.
“Saya ingin mengulas lebih dalam tentang aksi damai yang dilakukan oleh mahasiswa dan elemen masyarakat yang terjadi di Gejayan, Yogyakarta. Materi yang saya dapat dalam diskusi bersama tentang aksi damai itu ada banyak sebenarnya, baik dari sisi baik maupun yang tidak baik. Saya jadi tahu sedikit banyak tentang dunia perpolitikan. Dalam acara tersebut mahasiswa juga menjadi tahu lebih tentang bagaimana sih aksi demo yang benar, apa yang harus dilakukan sebelum demo seperti mengkaji apa yg didemokan,” papar Gamala Risfie, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, peserta diskusi. (yo/an)