Oleh: Sihabuddin
Tulisan ini sudah dimuat di Magelang Ekspress Edisi 4 September 2018
Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan luas laut mencapai 70 persen dari luas seluruh wilayah tentunya memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Kekayaan laut Indonesia terdiri dari terumbu karang yang mana 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia dan diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya. Kekayaan laut Indonesia tentunya sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik salah satunya dengan mengkonsumsi ikan laut yang sangat melimpah, bahkan menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan potensi sumber daya ikan mencapai 9,9 juta ton. Namun sayang, kekayaan laut yang melimpah tidak benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang enggan makan ikan laut terutama daerah pegunungan, menurut data FAO sebagai badan pangan dunia menyebutkan Indonesia berada di peringkat ke lima di ASEAN setelah Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Filipina sebagai negara dengan konsumsi ikan.
Melihat data ini tentunya sangat miris melihat Indonesia sebagai negara terluas di Asia Tenggara dilihat dari segi daratan maupun lautan. Dengan sedikitnya masyarakat Indonesia yang suka makan ikan maka industri perikanan di Indonesia tidak berkembang dan potensi laut yang melimpah akan sia-sia. Jadi tidak heran jika ikan laut di Indonesia banyak yang dicuri oleh negara lain karena tidak dikelola secara maksimal. Maka dari itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Pudjiastuti mengampanyakan agar masyarakat Indonesia rajin memakan ikan agar kekayaan ikan laut di Indonesia benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, harga ikan laut relatif lebih dari pada daging sapi dan gizi ikan laut sangat bagus untuk kecerdasan seorang anak.
Salah satu daerah yang paling rendah mengkonsumsi ikannya adalah pulau Jawa terutama Jawa Tengah, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah angka mengkonsumsi ikan di Provinsi Jawa Tengah berada di angka 26 kilogram masih jauh di bawah target nasional yaitu 36 kilogram. Padahal Jawa Tengah diapit oleh lautan, laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia sebelah Selatan. Harusnya dengan potensi laut yang luas masyarakat Provinsi Jawa Tengah rajin mengkonsumsi ikan. Selain Jawa Tengah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang konsumsi makan ikannya rendah. Menurut kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta tingkat konsumsi ikan warga kota Yogyakarta baru mencapai 23 kilogram perkapita pertahun. Masih jauh dibanding rata-rata nasional.
Ada banyak hal yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak begitu suka makan ikan laut. Salah satunya adalah mitos, banyak mitos yang beredar di masyarakat terutama untuk ibu hamil kalau memakan ikan laut bayinya berbau amis, ada pula yang mengatakan ibu hamil yang memakan ikan laut bayinya akan cacingan. Padahal mengkonsumsi ikan sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan terutama untuk perkembangan anak karena ikan mengandung asam lemak omega 3 yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak. Selain itu, ikan juga mengandung kalsium, vitamin D, dan fosfor yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang. Mengkonsumsi ikan juga sangat baik untuk kesehatan jantung dan manfaat lainnya. Jadi mitos yang beredar di masyarakat saat ini tentang mengkonsumsi ikan itu tidak benar.
Selain mitos, penyebab masyarakat rendah mengkonsumsi ikan adalah pandangan masyarakat terhadap konsumsi ikan. Sebagian besar masyarakat berpandangan orang yang mengkonsumsi ikan laut dari kalangan kelas menengah ke bawah karena harganya lebih murah dari pada harga daging, apalagi daging sapi. Dan kebiasaan orang Indonesia akan menganggap luar biasa sesuatu yang harganya mahal, meskipun yang mahal belum tentu lebih berkualitas. Hal ini berbeda dengan di Jepang mengkonsumsi ikan menjadi hal yang biasa bukan menunjukan kelas ekonomi, bahkan acara-acara memasak di stasiun televisi Jepang menu utamanya sering dari ikan laut. Untuk wilayah Jawa Tengah bagian Tengah dilihat dari sisi Utara dan Selatan, salah satu penyebab rendahnya masyarakat mengkonsumsi ikan laut salah satunya karena mahalnya harga ikan laut dan sedikitnya penjual ikan laut. Sehingga wajar jika masyarakat wilayah ini lebih memilih tahu, tempe, telur, daging, dan sayur sebagai pendamping nasi untuk dikonsumsi.
Untuk menyadarkan dan menjadikan masyarakat gemar mengkonsumsi ikan tidak cukup dengan penyuluhan atau sosialisasi dan iklan anjuran makan. Tapi juga pembiasaan masyarakat untuk makan ikan sejak kecil, sebab kebiasaan sejak dari kecil akan sangat berpengaruh saat dewasa. Contohnya sebagian besar orang Indonesia sejak dari kecil makan nasi maka tidak akan merasa kenyang makan apapun kecuali makan nasi. Tentunya hal ini sama dengan pembiasaan mengkonsumsi ikan. Maka dari itu, pemerintah perlu berperan aktif dalam menyediakan sarana dan prasana agar ikan mudah didapat meskipun di daerah pegunungan tentunya dengan harga yang murah. Selain itu, perlunya tips-tips gratis untuk mengelola ikan dengan rasa dan sajian yang unik. Faktor tokoh juga mempengaruhi perilaku masyarakat, alangkah baiknya pemerintah menjadikan beberapa tokoh terkenal sebagai juru kampanya untuk mengkonsumsi ikan dan tokoh tersebut memberikan contoh langsung cara mengkonsumsi ikan sehingga mengubah pola pikir masyarakat bahwasannya mengkonsumsi ikan itu kelas elit.
Penulis: Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang