Kurung lebih dalam satu tahun terakhir Prodi Ilmu Komunikasi Universiatas Muhamamdiyah Magelang (Prodi Ilkom Unimma) telah menyelesaiakan penyusunan Laporan Kinerja Program Studi (LKPS) dan Laporan Evaluasi Diri (LED). Keduanya merupakan berkas dokumen guna pengajuan akreditasi Program Studi.

Setelah penyusunan ini rampung, tahap selanjutnya ialah mempublikasikan LKPS kepada stakeholder internal dan eksternal. Tujuannya, untuk mendengarkan masukan dari kedua stakeholder. Masukan tersebut nantinya, diharap dapat menjadi bahan pertimbangan perbaikan dan evaluasi kinerja Prodi Ilkom Unimma yang akan datang.

Stakeholder Internal

Publikasi LKPS prodi Ilkom Unimma pada stakeholder internal dimulai pertama kepada mahasiswa. Kemudian lembaga internal universitas, seperti Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Kemahasiswaan (LPPMA), Kantor Urusan Kerjasama (KUK), Biro Keuangan, Biro Sumber Daya Manusia (BSDM), Biro Aset dan Rumah Tangga (BART). Jalannya diskusi diawali dengan pemaparan LKPS kepada stakeholder dilanjutkan dengan mendengarkan masukan-masukan.

Pada diskusi yang melibatkan mahasiswa, tercatat ada tiga masukan yang disampaikan. Pertama tentang pengembangan sarana dan prasaranan pembelajaran. Kedua, pemetaan minta dan bakat mahasiswa yang ditunjang dengan pelatihan soft skill. Ketiga, pendampingan dalam penulisan ilmiah.

“Pertama kan dipetakan dulu Bu, minat dan bakat dari mahasiswa. Dari situ dapat difasilitasi dengan pelatihan soft skill,” usul Annisa Zafira, mahasiswa Ilkom Unimma sekaligus Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH).

Sementara itu dalam bidang kerja sama, Prodi Ilkom Unimma mendapat masukan dari Agus Miswanto, Kepala KUK, untuk mengembangkan kerja sama internasional. Hal terpenting menurutnya dalam pelaksanaan kerja sama ialah adanya dokumentasi riil, misalnya saja MOU dan atau MOA. Serta, pelaksanaan program kerja sama yang bersifat berkelanjutan (27/9/2020).

“Tadi masih dipaparkan tentang kerja sama prodi. Namun belum menyingung tentang kerja sama internasional. Padahal di tingkat univeristas sudah ada 20an MoU yang sudah dijalain oleh universitas. Nah nanti, Prodi bisa menindaklanjuti terkait dengan kegiatan,” tambah Agung Miswanto.

Untuk bidang pendidikan, Elmiawati Latifah, Kepala LPPMA memberi masukan bahwa penting kirannya dosen Prodi Ilkom Unimma mengintegrasikan hasil penelitian yang telah dilakukan kedalam bahan ajar pada materi perkuliahahan yang diampunya.

“Misalnya dengan mengiplemnetasikan hasil riset kedalam bahan kajian pembelajaran,” papar Elmiawati Latifah.

Stakeholder Ekstrernal

Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APIK PTM) menjadi stakeholder ekternal pertama yang mendengarkan pemaparan LKPS Prodi Ilkom Unimma. Pada kesempatan kali ini Aftin Nurul Husan menjelaskan empat kriteria yang menjadi perhatian prodi ilkom Unimma yakni, kriterian enam tentang pendidikan, kriteria tujuh tentang penelitian, kriteria delapan tentang, serta pegembangan kerja sama (29/9/2020).

“Pada kesempatan kali ini kami akan memaparkan empat kriteria tentang pendidikan, penelitian, pengabdian, dan kerjasama. Karena itu (keempat kriteria) adalah kriteria yang menjadi konsen terbesar kami dalam pengembangan prodi,” jelas Aftina Nurul Husna.

Himawan Sutanto, ketua APIK PTM , memberikan tanggapannya terkait sarana dan prasaranan penunjang pembelajaran. Ia menyatalan bahwa laboratorium merupakan jantung dari program studi. Pengembangan laboratorium prodi menurutnya harus mencirikan kekhasan prodi yang merujuk pada visi misi, capaian pembelajaran, dan profil lulusan prodi.

“Visi misi Ilkom Unimma arahnya pada komunikasi bisnis berbasis media dan digital, maka lab yang akan dikembangkan arahnya nanti akan seperti itu,” papar Himawan Sutanto.

Terkait dengan kerja sama, Kadiv Kurikulum dan Pengembangan APIK PTM, Ayub Dwi Anggoro, menggaris bawahi hubungan kerja sama harus memiliki wujud yang kongkrit. Lebih lanjut Ayub Dwi Anggoro juga memberi masukan kaitannya dengan kerja sama internasional yang stratergis. Ayub  Dwi Anggoro menyarankan untuk memilih bekerjasama dengan kampus yang benar-benar dapat diajak untuk berkolaborasi.

“Kalau, Mou hanya sebatas jadi Mou, akan jadi pertanyaan bagi asesor. Maka kegiatan itu harus kongkrit. Misalkan, publikasi bersama,” tutur Ayub Dwi Anggoro.

Sementara Fajar Junaedi, selaku Kadiv Riset dan Pengambangan APIK PTM memberikan masukan tentang pentingnya kolaborasi. Pertama kolaborasi dosen dengan mahasiswa dalam bidang penelitian, pengabdian masyarakat, dan publikasi. Kedua mengkolaborasikan materi perkuliahan kedalam bentuk kerja sama dengan mitra. “Energi kita terbatas, kalau kita tidak mengenered mata kuliah menjadi hal hal seperti itu, energi kita akan habis,” papar Fajar Junaedi. (ans)