Oleh. Moch. Imron Rosyidi.,S.I.K., M.Sc*
Ilmu komunikasi mendapat ruang tersendiri di era rervolusi teknologi informasi 4.0 ini. Merespon hal tersebut, ASPIKOM sebagai asosiasi tingkat nasional pendidikan tinggi ilmu komunikasi, mengemas acara rutinan setiap 3 tahun dengan konsep berbeda. Bertempat di Hotel Syariah Lor-Inn Solo 24-26 Juli 2019, acara kongres ASPIKOM kali ini mengambil tema “Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era 4.0”.
Acara tersebut berurutan mulai dari, Semiloka, Call of Paper, Sharing Session di hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan Kongres dan Pemilihan Ketua ASPIKOM periode 2019-2022 pada hari kedua dan ditutup dengan clossing seremoni di hari ketiga. Jumlah pengelola program studi maupun utusan yang hadir di acara ini adalah sekitar 300 orang dengan 169 Pemilik suara penuh, dan beberapa rombongan.
Semiloka Merespon Tantangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi
Semiloka ini dimulai setelah registrasi pertama dan menjelang acara call of paper. Adapun pemateri dalam semiloka kali ini yang pertama adalah bapak Doni B.U., M.Si beliau adalah seorang Staf Ahli Menkominfo dibidang literacy digital. Beliau memaparkan pembangunan Palapa Rings atau yang biasa disebut Toll Langit hal itu merupakan respon pemerintah terhadap isu disruption. Beliau juga menjelaskan kasus-kasus yang menunjukkan kalau kita telat merespon akan semakin ketinggalan.
Sekedar contoh, beliau menunjukkan di Cina semua kegiatan jurnalistik atau Newsmaking sudah digantikan oleh mesin. Munculnya aplikasi pembuat berita, robot pembaca berita, serta WINDOWS membuat aplikasi Newscorrection membuat kegiatan industri Jurnalisme dari hulu hingga hilir akan digantikan oleh mesin. Maka tantangan yang harus diperhatikan bersama adalah skill apa yang harus dipertahankan atau dimunculkan untuk menghadapi itu semua.
Pembicara kedua adalah Retno Wulandari beliau adalah General Manager The Sunan Hotel Solo. Beliau menggambarkan bahwa ketika 10 tahun lalu seorang marketing officer suatu hotel/ perusahaan jasa harus membaca setidaknya 10 surat kabar untuk melihat ulasan dan citra perusahaan. Akan tetapi kini semua berbeda, untuk melihat track record perusahaan bisa di cek secara Realtime.
Seorang Public Relation Officer The Sunan bisa melihat dengan membaca #TheSunan di Twitter atau di ulasan maps, serta ulasan di ecommers seperti Traveloka dan MisterAladin. Publik kini lebih percaya pada influencer di dunia maya untuk mengulas dan memberi rekomendasi dari tiap produk. Seperti ketika kita membutuhkan refrensi wisata cukup melihat TripAdvisor. Sehingga pemilik-pemilik produk jasa akan harus mengundang reviewer maupun influencer tersebut ketika mangadakan Pers Conference atau jejaring media.
Pembicara ketiga adalah adalah Janu Arijanto, CEO Densu One, dan Member Forum Transformasi. Beliau memaparkan bagaimana pengelolaan prodi ilmu komunikasi harus memikirkan disruption yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. Beliau memaparkan bahwa kultur masyarakat yang akan berubah sejalan dengan perkembangan teknologi ilmu komunikasi. Beliau menawarkan penguatan Skills of Sense.
Skills-skills basic yang harus dimiliki untuk melihat fenomena, seperti urban atropology,cultural studies akan membuat kita tidak akan kehilangan ruang sebagai pakar-pakar komunikasi. Jurnalistik sudah tidak lagi menayasar masyarakat secara luas tapi pada aproximity bahkan pada tataran yang sangat detil. Sehingga broadcasting bahkan telah berubah menjadi sebuah entitas baru yang disebut dengan Broadnett, dimana ini mendekati Audience dangat pendekatan jaringan komunikasi.
Tema |
Realitas |
Tantangan/Solusi |
Literacy Digital |
-Palapa Rings
-Robot-Robot baru
-Teknologi begitu Cepat
|
-Skills Komunikasi manusia akan digantikan mesin |
PR Digital |
-Realtime information
–influencer newmedia
|
-Perubahan pola menenjeman informasi |
Digital Culture |
-Bergesernya pola konsumsi informasi di publik
-Menakar kemanusiaan di era ini
|
–Skill of Sense
-Menumbukan peran humanisme sebagai kajian digital |
Tabel Ringkasan hasil Semiloka (Diolah, Penulis 2019)
Call Of Paper Pendidikan Tinggi di Era 4.0
Dalam sesi kali ini saya tergabung di panel ruang 4 dan memperesentasikan paper saya berjudul, Narasi Pemikiran Jurgen Habermas Sebagai Pijakan Alternatif Komunikasi Pembangunan Partisipatif. Saya mendapatkan kesempatan pertama untuk melakukan presentasi. Dimana inti presentasi saya adalah membangun wacana alternatif dalam pendekatan komunikasi pembangunan.
Respon beragam muncul, mulai pertanyaan soal ontologi hinga aksiologi konsep yang saya bawakan. Turut hadir dalam diskusi ini sebagai panelis adalah Prof. Burhan Bungin., Ph.D beliau mengkritik istilah-istilah baru tentang konsep komunikasi yang memang sangat multi disipliner. Dimana beberapa peresenter gagal menjelaskan konsep-konsepnya secara filosofis, seperti komunikasi bencana, komunikasi pariwisata, dan komunikasi maritim yang dainggap panelis kurang kuat akar filosofinya.
Beliau memaparkan bukan tidak mungkin komunikasi bencana maupun komunikasi pariwisata bisa menjadi subuah prodi tersendiri bukan hanya mata kuliah atau konsentrasi. “Sebaikanya kita semua mulai melakukan refleksi terkait konsep-konsep itu, apa ontologinya, epistimologinya, dan aksiologinya. Jangan hanya ngawur membuat istilah komunikasi bencana tapi akarnya tidak jelas, padalah bukan tidak mungki suatu saat muncul prodi komunikasi bencana” papar Prof Burhan Bungin., Ph.D.
Sharing Session Pendidikan Tinggi Komunikasi Di Era 4.0
Acara dilanjutkan dengan sharing session dengan fasilitator diskusi Dr. M. Sulhan Ketua Departement Ilmu Komunikasi UGM. Beliau membuka diskusi dengan sebuah statmen unik yakni “Kanibalisme Antar Prodi Rumpun Ilmu Komunikasi”. Hal ini merupakan respon dimana revolusi industri 4.0 dan munculnya banyak prodi komunikasi baru akan menambah masalah baru pada serapan lulusan.
Hal tersebut pernah terjadi pada saat indonesia masuk Pasar Bebas, Prodi mageman dan ekonomi menjamur. Sehingga pada ujungnya, serapan terhadap lulusan menurun dan buktinya banyak prodi yang tutup atau di moratorium kementrian. Maka para pakar ilmu komunikasi berharap hal itu tidak terjadi pada prodi komunikasi ketika memasuki era 4.0.
Turut berbicara dalam sharing session kali ini beberapa prodi baru seperti Universitas Amikom, dan Universitas Muhammadiyah Magelang, yang diminta menjalaskan prodi masing-masing. Prodi baru ini turut mendapat apresiasi dari beberapa dewan pakar maupun pakar yang ditunjuk sebagai Asesor BAN-PT. Hal tersebut karena baik UM Magalang maupun Amikom memiilik karakter atau keunikan dibanding prodi-prodi lainnya. UM magelang dengan komunikasi bisnis digital dan rural studinya, serta amaikom dengan Cyber Comunicationnya.
Keunikan menjadi karakter penting, karena itu pertanyaan utama yang muncul oleh asesor ketika visitasi lapangan. Sebuah kasus Departement ilmu komunikasi di Indonesia Timur memiliki prodi Advertising yang jelas daya serapannya tidak sesuai dengan kultur dan demografis masyarakatnya. Berbeda lagi dengan Universitas Nusa Cendana yang sangat local wisdom, mereka memiliki prodi Komunikasi Lintas Budaya, keran secara geografis dekat dengan perbatasan. Disisi lain Universitas Nusa Cendana tetap memakai istilah Humas dibanding dengan PR karena pasar mereka membutuhka Skills-Skills kedaerahan.
Para dewan pakar berharap dan yakin keunikan akan tetap menjadi penyelamat Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi dari “kanibalisme Antar Prodi”. Karena komunikasi sebagai disiplin ilmu baru, harus menemukan tempatnya di era saat ini. Ditambah Informasi adalah isu yang sexy sehingga saingan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi tidak hanya pada internal lingkungan, tapi prodi lain yang berusaha mulai memasuki area kerja kita sebagai sebuah disiplin ilmu.
*Dosen Komunikasi Pembangunan di Prodi Ilmu Komunikasi UM Magelang
Oleh. Hikmawati Fajri Devi Safitri (18.0802.0002)
Kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang melakukan kegiatan kunjungan ke stasiun televisi di Jogjakarta yakni Jogja TV dan juga kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta (UMY). Berangkat bersama dari kampus dua UMMgl dengan menggunakan bus kampus pada pukul 08.30. kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester II dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi UMMgl dengan tujuan pertama kita adalah Jogja TV.
Tiba di Jogja TV sekitar pukul 09.15 kemudian kita di sambut baik oleh pihak TV dan di persilakan masuk studio TV. Di sana kami juga diikut sertakan dalam program acara live Jogja TV yakni “Langen Sworo” pada pukul 10.00. singkat saja saya tiba-tiba ditunjuk oleh dosen untuk menjadi narasumber mahasiswa UMMgl di sekmen kedua. Sekmen pertama diisi oleh Bu Shanti (dosen) dan Gamala (mahasiswa). Kemudian di sekmen kedua inilah saya menjadi narasumber mahasiswa Ilmu Komunikasi UMMgl didampingi Bapak Sihab sebagai narasumber dosen UMMgl.
Disana kita diajak keliling seluruh tempat kerja Jogja TV dan dijelaskan bagaimana system kerja program Jogja TV. Kesan saya saat melakukan kunjungan ini adalah “sangat menyengkan bias belajar langsung dan tahu dunia pertelevisian, tidak hanya melalui teori yang telah disampaikan dosen ketika matakuliah berlangsung. Apalagi ketika menjadi narasumber saya merasa gugup, senang dan juga bangga bias memperkenalkan Ilmu Komunikasi UMMgl dihadapan pemirsa JogjaTV. Manfaat kunjungan ke Jogja TV ini juga seperti yang saya bilang tadi kita jadi lebih mengetahui praktik kerja langsung dan faham bagaimana perealisiasi dari teori yang telah kita pelajari. Dan tentunya sangat bermanfaat bagi saya yakni, membangkitkan semangat saya untuk mewujudkan cita-cita saya bekerja di stasiun televisi.”
Setelah berkunjung di Jogja TV, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Universitas Muhammadiyah Jogjakarta. Lebih tepatnya kami berkunjung di program studi Ilmu Komunikasi UMY. Di sana kami pun mendapat sambutan hangat oleh dosen-dosen UMY dan diperkenalkan Ilmu Komunikasi UMY seperti apa. Selain itu yang menjadi menarik adalah kita diajak keliling ke laboratorium Ilmu Komunikasi UMY. Betapa kagum dan senangnya kita diperlihatkan ruangan lab yang begitu elok dan menyenangkan.
Kesan saat kami berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta adalah “Merasa sangat senang bisa diperkenalkan dengan peradaban Ilmu Komunikasi UMY, selain itu dosen-dosen UMY juga tidak kalah asiknya dengan dosen Ilkom UMMgl, mereka menyenagkan, ramah, dan juga baik. Selain itu kita juga diperbolehkan memasuki semua laboratorium Ilkom UMY dan diperbolehkan juga untuk memegang alat laboratorium. Di sana kita juga banyak diceritakan kegiatan anak UMY dan juga prestasi anak UMY dengan karya-karyanya yang luar biasa. Manfaatnya bagi kita setelah melakukan kunjungan ini adalah kita menjadi terpantik semangatnya untuk melakukan kegiatan belajar perkuliahan, kita juga menjadi mempunyai pandangan untuk mengembangkan dan memajukan Ilmu Komunikasi UMMgl agar menjadi yang lebih baik lagi.”

Oleh: Annisa Zafira (Ilkom ’18)
Pada Senin, 26 Maret 2019 lalu, Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Magelang mengirimkan tiga wakilnya untuk mengikuti KDMI (Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia) tingkat perguruan tinggi. Ketiga mahasiswa itu adalah Augustin Falah Pawaka dan Dwi Yuliani dari Prodi Psikologi dan Annisa Zafirah dari Prodi Ilmu Komunikasi. Kegiatan yang diikuti oleh enam kelompok debat dari seluruh fakultas ini dilaksanakan di aula Fakultas Ilmu Kesehatan yang terletak di kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang.
Kompetisi debat ini adalah pengalaman pertama bagi saya dan Falah, sedangkan sebelumnya Dwi telah mengikuti kompetisi debat tingkat perguruan tinggi Muhammadiyah. MOSI pada debat kali ini disampaikan dan dipilih acak oleh para peserta 15 menit sebelum debat masing-masing kelompok berlangsung. Pada technical meeting dua hari sebelum kompetisi berlangsung, panitia hanya menyampaikan clue dari tema debat nanti adalah hal yang sedang booming atau sedang marak dibicarakan di masyarakat. Tentu saja masing-masing dari kami memikirkan tentang dunia politik karena sebulang mendatang akan dilaksanakan pemilihan umum 2019. Tentu saja kami juga mencari jurnal-jurnal penting tentang kecanduan game, hal-hal terkait tentang gadged di kalangan milenial dan terkait masalah sampah, karena sampah adalah masalah yang tak kunjung selesai di Indonesia.
Pada debat kali ini ternyata kami mendapatkan tema tentang “Pemerintah Melarang Operasi Ganti Kelamin”. Kami dari Tim Pemerintah dan oposisi kami dari Fakultas Hukum. Setelah menerima MOSI dari panitia dan dewan juri, seketika pikiran kami blank dan sedikit kebingungan, tetapi kami menemukan jalan dengan mengait-ngaitkan hal tersebut dengan cabang ilmu yang kami pelajari, seperti kondisi psikologis, membangun opini publik, serta kondisi-konisi sosial yang ada di masyarakat. Setelah menyampaikan dan tetap berpegang teguh pada argument kami dari tim pemerintah tentu saja tetap setuju pada Mosi hari ini sampai waktu debat yang diberikan berakhir.
Pada KDMI kali ini FPH gagal menjuarai kompetisi. Namun, sebagai generasi muda kami tidak boleh putus asa dan akan terus belajar dan mencari pengalaman. Beberapa dosen dari FPH juga menyemangati kami dan memberikan beberapa masukan. Karena pada lomba debat kita dituntut menyampaikan dan mempertahankan argument, ada beberapa tips yang akan memperkuat kamu pada saat debat nanti.
- Sebutkan nama dan dari tim mana kamu berasal. Jangan sampai gugup ketika menyampaikan argument.
- Selalu mengikuti berita-berita / isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat.
- Jangan membangun opini tunggal/ berpegang pada satu sumber, maka carilah informasi sebanyak-banyaknya dan membaca kutipan-kutipan isu terkait.
- Simak betul-betul argument yang di sampaikan lawan sehingga nanti kamu dapat memikirkan kalimat sanggahan untuk mematahkan argument tim lawan. Serta pemilihan kata yang tepat dan penggunaan bahasa sesuai situasi dan kondisi.
- Percaya diri dan jangan sampai terbawa emosi, sikap percaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mempertahankan argument. Jangan takut salah dan tetaplah yakin pada argument yang kamu bangun.
- Siapkan mental dan fisik ketika berdebat, karena kalau tidak, kamu akan blank dan juga banyak lagi kesalahan yang akan kamu buat ketika mental kamu tidak disiapkan dengan baik.
Sekian sedikit tips dari saya, semoga bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk saya. Good Luck teman-teman semoga berhasil.
Nama saya Chusnul Azizah Indahsari, biasa dipanggil Chusnul. Jujur, awalnya saya tidak berniat masuk universitas ini. Berkali-kali saya mengikuti tes perguruan tinggi negeri, namun berkali-kali juga saya gagal. Akhirnya saya mengikuti apa kata orang tua meminta saya untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Magelang. Awalnya saya ingin mengambil program studi lain, karena prodi ilmu komunikasi belum ada di brosur. Ketika saya mendaftar, ternyata di spanduk ada bertuliskan prodi ilmu komunikasi. Tanpa berfikir panjang, niat saya yang mengambil prodi lain berubah menjadi ilmu komunikasi. Walaupun ada rasa cemas karena ini prodi baru, berbagai pikiran negatif yang muncul mulai dari jika yang mendaftar sedikit dan belum ada akreditasinya, dan lain-lain. Tetapi dibalik pikiran-pikiran negative tersebut, saya yakin pasti ini jalan yang terbaik untuk saya.

Ternyata apa yang saya pikirkan benar-benar berbeda, tidak sedikit yang mendaftar di prodi ilmu komunikasi ini. Selain itu, mereka juga mudah bergaul dan mau membaur satu dengan yang lainnya. Mahasiswa-mahasiswa prodi ini tidak hanya berasal dari kota Magelang saja, mulai dari kota sebelah dan bahkan dari luar provinsi. Informasi tentang Universitas Muhammadiyah Magelang ternyata sudah meluas, tidak hanya disatu dua kota saja. Dosen-dosen yang mengampu di prodi tersebut juga tidak mudah membosankan. Berbagai metode-metode pembelajaran yang mereka ajarkan kepada kami semua selalu menyenangkan. Mereka juga menjelaskan sampai kami semua benar-benar faham dalam menangkap semua materi. Bahkan ketika di luar jam pelajaran, dosen juga mengizinkan kami untuk meminta bantuan jika kami ada kesulitan dalam materi atau tugas.
Selain teman dan dosen yang menyenangkan, kami juga mempunyai kelas yang sangat nyaman. Berbagai fasilitas yang kampus berikan kepada kami, seperti terdapat AC, proyektor, speaker, kelas yang bersih, dan lain-lain membuat kami lebih mudah untuk mengikuti jam pembelajaran. Walaupun setiap hari saya harus menempuh jarak berkilo-kilo meter, tetapi semua itu tidak terasa ketika saya bisa belajar di Universitas ini.
Kekeluargaan yang Kental
Saya Annisa Zafirah kelahiran Curup, 13 April 2000. Saya berasal dari kota Pagaralam tepatnya di sumatera selatan. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang bmemang baru berdiri, dan saya bersama teman-teman lainnya adalah angkatan pertama yang Inshaa Allah akan bersama-sama membangun citra yang baik dan memperkenalkan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang kepada masyarakat umum khususnya kepada teman-teman yang sekarang masih berstatus siswa SMA.

Kegiatan perkuliahan baru saja berjalan beberapa pekan tetapi kekeluargaan yang berlangsung selama masa perkuliahan sangatlah kental terasa, para dosen pembibimbing pun sangatlah meng-asyikan. Memang terkadang jenuh, kadang juga terasa bosan, tetapi selalu saja ada guyonan atau candaan di setiap pertemuan. Terimakasih untuk para dosen dan teman teman telah membantu saya untuk beradaptasi di lingkungan yang menurut saya asing, tetapi bersama teman-teman saya yakin saya bisa segera mengikuti budaya yang ada di sini.
Oleh: Sihabuddin
Tulisan ini sudah dimuat di Harian Analisa Medan Edisi 8 Juni 2018
Setiap manusia memiliki keterbatasan sehingga diperlukan teknologi untuk mempermudah masyarakat dalam segala aktivitasnya. Berkat teknologi peradaban manusia menjadi maju dan semakin berkembang hingga saat ini karena masalah-masalah dalam pengelolaan sumber daya alam cepat teratasi. Dengan semakin majunya peradaban manusia tentunya diikuti oleh kemajuan teknologi pula yang melahirkan berbagai teknologi baru di berbagai bidang mulai transportasi, teknologi, informasi, komunikasi, dan lainnya, sehingga kemajuan demi kemajuan dari segala aspek terus terjadi, inilah dampak positif dari keberadaan teknologi.
Namun, keberadaan teknologi juga memiliki dampak negatif yang sangat membahayakan manusia. Dampak tersebut bukan dikarenakan oleh teknologi itu sendiri, tapi dikarenakan oleh pemakainya. Manusia yang sangat diuntungkan dengan keberadaan teknologi sampai kebablasan sehingga sangat tergantung pada teknologi dan membutnya malas untuk menggunakan organ tubuhnya untuk beraktifitas. Padahal teknologi diciptakan untuk mengatasi keterbatasan manusia yang tidak bisa digunakan oleh organ tubuh secara langsung, bukan untuk mengganti fungsi alat tubuh untuk beraktifitas. Namun saat ini teknologi banyak yang digunakan untuk menggantikan manusia bukan untuk membantu manusia, sehingga sangat membahayakan manusia itu sendiri. Sebab, semua organ tubuh manusia harus digerakan atau digunakan sesuai dengan kadarnya jika tidak digunakan akan membahayakan pemilik organ tubuh tersebut karena akan menyebabkan lemah atau sakit bahkan berujung pada kematian.
Ketergantungan pada teknologi saat ini sudah sangat membudaya di masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya masyarakat tidak hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan yang tidak mau berjalan kaki ke tempat yang bisa dijangkau jalan kaki. Jika ada orang yang jalan kaki ke tempat yang dekat saja, biasanya akan ditanya kendaraannya dimana. Hal ini dikarenakan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari hampir semua masyarakat jadi wajar jika ada yang berpergian meski jarak dekat akan ditanya kendarannya. Hal ini menyebabkan saat ini banyak orang yang tidak kuat jalan kaki meski jaraknya dekat. Padahal fungsi kaki untuk berjalan dan dari setiap langkahnya memberikan banyak manfaat yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga dengan jalan kaki tubuh tetap tidak mudah sakit. Diambil dari www.alodokter.com, jalan kaki memberikan banyak manfaat baik untuk kesehatan jantung, menurunkan kolesterol, mencegah diabetes, menurunkan berat badan, mencegah osteoporosis dan sebagainya.
Dengan melihat fenomena ini, wajar saat ini banyak orang yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Hal ini karena anggota tubuhnya tidak bergerak sehingga ada ketidakseimbangan di dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya penyakit. Coba bandingkan dengan zaman dahulu, dimana teknologi tidak secanggih seperti saat ini. Orang-orang terdahulu di usia 50 tahun bahkan 60 masih banyak yang sehat bugar, penglihatannya tidak minus, pendengarannya masih normal, dan jalan kakinya masih kuat. Hal ini orang-orang terdahulu tidak tergantung dengan teknologi, organ tubuhnya digunakan sebagai mana mestinya, penggunaan teknologi sesuai dengan keperluan, sehingga tubuhnya tidak lemah meski sudah tua. Sedangkan saat ini, di usia 50 bahkan 40 saja sudah banyak yang harus cek kedokter karena penyakit yang diderita.
Selain melemahkan tubuh, teknologi juga melemahkan manusia dari aspek pergaulan. Memang dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi manusia semakin mudah menjalin pertemanan dengan siapapun karena bisa berkomunikasi dengan jarak jauh. Namun, banyak orang yang kebablasan dalam menggunakan teknologi ini, sehingga malas bersilaturrahmi di waktu-waktu senggang bahkan ada yang malas bertutur sapa secara langsung dengan orang yang di sekitarnya karena lebih suka berkomunikasi dengan orang yang jauh. Sehingga banyak manusia lemah atau tidak pandai dalam bergaul dengan masyarakat di sekitarnya, padahal jika ada sesuatu yang tidak diinginkan orang-orang terdekatnyalah yang pertama kali akan menolong, bukan orang jauh yang diajak berkomunikasi dengan teknologi tersebut.
Teknologi juga melemahkan manusia dalam keterampilan, seperti dalam keterampilan menulis atau kaligrafi. Saat ini banyak mahasiswa meski sudah berpendidikan tinggi memiliki tulisan tangan yang jelek karena lebih sering menulis menggunakan laptop, dan sebagainya. Selain itu, saat ini semakin sedikit orang yang benar-benar mempelajari kaligrafi karena sudah ada alat yang bisa membuat tulisan yang bagus. Sehingga orang-orang yang bisa menulis dengan tulisan tangan yang indah semakin sedikit. Padahal menulis dengan tangan juga memiliki banyak manfaat salah satunya bisa meningkatkan ingatan. Masih banyak dampak negatif dari teknologi yang melemahkan manusia di berbagai aspek. Namun, teknologi melemahkan manusia jika kebablasan atau berlebihan dalam penggunaanya, karena hal yang berlebihan itu tidak baik. Jika teknologi digunakan sebagai mana mestinya tentunya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Penulis: Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang