Oleh Ada Kusumo Aji (Ilkom ’19)
Hallo teman- teman semua di mana pun kalian berada. Nah kali ini saya akan mengajak kalian semua untuk me-review sebuah film yang bisa dibilang film jadul karena film ini rilis pada tahun 1997. Film ini berjudul Life is Beautiful, dimulai dengan mengambil latar belakang kehidupan masyarakat Italia di tahun 1939 yang kala itu terjadi perang dunia kedua. Film ini disutradarai oleh Roberto Benigni yang juga berperan ganda sebagai tokoh utama sebagai Guido seorang warga italia berdarah Yahudi. Cerita dimulai saat Guido bertemu dengan Dora secara tidak sengaja saat Dora jatuh dan ditangkap Guido ditumpukan jerami dan kemudian membuat Guido jatuh cinta.
Guido sering melakukan hal konyol ketika berusaha mencari perhatian Dora. Setiap saat hidupnya selalu diwarnai dengan kesenangan, humor, dan tawa. Jelas sekali betapa indahnya kehidupannya, hingga akhirnya dia berhasil menikahi gadis pujaannya. Kebahagiaan Guido bertambah ketika dari pernikahannya ini dia dikaruniai seorang anak yang diberi nama Giosue. Begitu juga dalam kariernya, seiring berjalanya waktu ia dapat membuka sebuah toko buku sendiri. Selang beberapa tahun kehidupan mereka bertiga selalu diwarnai kesenangan. Bahkan disaat para Yahudi selalu diolok-olok, Guido tetap berusaha tersenyum menikmati hidupnya dalam keindahan.
Eropa tengah dicekam ketakutan akan Perang Dunia II saat itu, khususnya terhadap kekuatan militer Jerman yang agresif. Sampai datangnya pasukan Nazi Jerman membawa seluruh warga Italia yang berdarah Yahudi yang akhirnya berdampak pada dibawanya keluarga Guido serta pamannya menuju kamp siksaan milik pasukan Nazi Jerman. Kita tahu bagaimana kekejaman Nazi memperlakukan keturunan orang Yahudi dalam kamp-kamp itu. Pria dan wanita dipisahkan, anak-anak dan orang tua dibantai. Mereka yang sehat akan tetap dibiarkan hidup untuk bekerja keras bagi kepentingan tentara Jerman. Akibatnya Guido terpisah dengan istrinya, tapi untungnya dia masih bisa menyelamatkan Giosue, putranya.
Guido tak ingin putranya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Di sinilah tampak gaya proaktif Guido yang mengesankan ia mampu mempengaruhi anaknya dan berusaha menutupi kenyataan yang terjadi. Ia mengarang cerita bahwa saat itu mereka sedang mengikuti sebuah permainan dan bersaing dengan semua kaum Yahudi yang ada di kamp sebagai peserta. Sementara itu, tentara Jerman berperan sebagai penjaga permainan dan mengatur permainan. Mereka semua harus mengikuti peraturan yang sangat ketat untuk memenangkan hadiah utamanya, sebuah tank sungguhan.
Bisa dibayangkan betapa beratnya beban Guido. Di tengah-tengah kerja paksa yang dijalaninya, dia harus mengasuh, menyembunyikan, dan melindungi anaknya, serta berusaha menyapu gambaran gelap tentang betapa kejam dan mengerikannya sebuah kamp konsentrasi. Dora sendiri ditempatkan dalam barak wanita yang terpisah. Di tengah kepedihan, kelelahan, dan kecemasannya dia harus tetap tampak riang, optimis, dan bersemangat di depan anaknya. Dan itulah yang selalu coba ditularkan kepada Giosue. Semua hal itu dilakukan dengan tujuan mulia agar dapat mempengaruhi anaknya agar tetap memiliki pandangan baik atas kondisi tidak baik yang tengah mereka hadapi. Tentunya di samping agar selamat, dimaksudkan pula untuk dalam kondisi apapun tetap dapat bersyukur, tetap bersemangat, tetap optimis, dan tidak menyerah dengan keadaan.
Akhir kisah film ini berakhir ketika tentara Jerman melakukan pembunuhan setelah mengetahui bahwa sekutu akan menguasai kota itu. Guido pun keluar untuk menyelamatkan istrinya dan menyembunyika Giosue ke dalam sebuah kotak kecil. Ketika Guido mencari istrinya, ia malah tertangkap oleh tentara Nazi, akhirnya Guido pun dibunuh dengan tembakan yang dilakukan tentara Nazi. Saat keadaan sudah sepi dan tentara Nazi pergi, Giosue pun keluar dari kotak untuk melihat keadaan. Tak lama kemudian datang sebuah tank berbendera Amerika. Giosue pasti mengira bahwa ini adalah tank yang dimaksud ayahnya. Seorang tentara Amerika mengangkat Giosue dan mengikut sertakannya masuk ke dalam tank hingga akhirnya ia bertemu dengan Dora, ibunya.
Akhir kata, film ini adalah film yang menyenangkan dan menyentuh untuk disaksikan. Sosok Guido adalah benar-benar contoh individu yang proaktif dan tidak pernah melihat suatu kejadian dari sisi negatif dan berusaha menghadapinya dengan senyuman dan candaan. Bahkan dia juga berusaha sekuat tenaga membuat orang di sekitarnya tidak larut dalam kesedihan dan ikut tertawa dengannya.
Oleh: Faizal Kamay (Ilkom ’19)
Hai ilkomers, kali ini aku akan mereview film yang cukup lama. Film ini dirilis tahun 2006. Tidak ada salahnya kan menonton kembali film ini. Menonton film menjadi salah satu rekomendasi aktifitas saat social distancing seperti sekarang ini. Banyak hal yang dapat memotifasi kita setelah menonton film ini.
Film “The Pursuit Of Happyness” adalah film biografi drama yang terinspirasi dari kisah nyata, dan naskah film ini ditulis berdasarkan buku karya Chris Gardener yang berjudul The Pursuit Of Happyness. Di sutradarai oleh Gabriele Muccino dan diproduseri oleh Steve Tisch, James Lassiter, Tood Black, Jason Blumenthal dan Will Smith ( dia juga tokoh utama pada film ini). Dibintangi oleh Will Smith, Jaden Smith, Thandie Newton. Yang pasti kalian akan menemukan banyak pembelajaran kehidupan pada film ini.
Film ini bercerita mengenai sebuah keluarga kecil yang sederhana. Chris Gardner ( Will Smith) Dan Linda ( Thandie Newton) merupakan sepasang suami istri yang mempunyai anak bernama Christopher ( Jaden Smith) yang tinggal disebuah kontrakan kecil sederhana. Keluarga ini menghabiskan tabungan nya untuk membeli sebuah mesin yang dianggapnya sangat revosiuner yaitu mesin pemindai kepadatan tulang. Mereka hidup dengan mengandalkan penjualan dari mesin tersebut. Tetapi waktu itu keadaan tidak seperti yang mereka impikan. Chris tidak bisa menjual alat tersebut akhir- akhir itu di sini mulai terjadi konflik keluarga yang didasarkan dari ekonomi yang kurang baik. Pada puncak konflik tersebut ia bangkrut karena masalah pajak dan linda meningalkan Chris dan anaknya Christopher . bahkan bisa disebut ia sebagai tuna wisma. Karena ia sudah tidak memiliki apapun kecuali anaknya Christopher.
Pada review kali ini mungkin aku akan fokus tentang bagaimana Chris berusaha mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan yaitu menjadi pialang saham dan membangun reputasi dirinya sampai ia berhasil lulus interview di perusahan yang ia inginkan.
Kali ini aku bercerita menurut sudut pandang ku ya ilkomers…
Chris di sini mengajarkan kita mencari sebuah kebahagiaan walaupun bentuknya itu kecil. Terus berlari untuk mencapai kebahagiaan atas apa yang ia impikan. Menurut chris dalam keadaan yang terpuruk masih ada suatu kebahagiaan yang bisa ia kejar. Dia juga sangat harmonis terhadap anaknya. “Karena keharmonisan itu diri kita sendiri yang membuatnya”. Kata Chris.
Dalam membangun reputasi diri hal yang chris lakukan adalah tidak memberitahu masalah hidupnya yang ia alami kepada orang lain. Tetap terlihat baik-baik saja, dan berusaha mencari solusinya sendiri. Chris merupakan orang yang gigih, cerdas, dan mempunyai kemauan untuk belajar yang tinggi. Hal ini terlihat saat ia melakukan pendidikan selama 6 bulan tanpa digaji untuk mencapai impiannya menjadi pialang saham. Selama waktu itu ia harus mengatur waktu antara mengurus anaknya, menjual barang dagangan yang berguna untuk hidup selama 6 bulan dan belajar di perusahaan yang menawarkan pendidikan calon pialang saham serta mencari pelanggan untuk perusahaan tersebut. Ia juga dituntut menyelesaikan tugasnya dengan cepat supaya dapat tinggal di panti tuna wisma yang ia dapatkan secara siapa yang duluan ia bisa tinggal di tempat itu. Dalam hal ini Chris dituntut menjadi orang yang super disiplin.
Aku merasa terpukau dengan perjuangan Chris melakukan semua upaya untuk mengatasi semua hal yang ia lakukan untuk memperbaiki kualitas hidupnya itu.
Menjadi orang yang humble. Selalu bertanya merupakan pelajaran selanjutnya yang aku dapatkan. Bagaimana ia dapat mencari relasi sebanyak banyaknya. Selalu mengucapkan terimakasih atas sesuatu yang ia dapatkan walaupun itu kecil. Ia juga tak sungkan untuk meminta maaf ketika ia merasa bersalah terhadap siapapun untuk memperbaiki reputasi dirinya.
Banyak belajar dan sebisa mungkin menyelesaikan sesuatu itu dengan sempurna dan terbaik. Tidak memikirkan pandangan orang yang menilainya secara negatife tetapi berusaha bagaimanapun pandangan orang terhadap kita dapat positif. Dia merupakan orang yang optimis akan suatu hal bahwa ia akan bisa menjalaninya. Dengan menjunjung tinggi kejujuran, integritas dan kerja sama tim. Ketika dia tidak tau jawaban atas suatu pertanyaan ia akan menjawabnya tidak tau. Meskipun pada awalnya ia direndahkan dan tidak dihargai menurut ku itu adalah proses ia menuju kebahagiaan.
Setelah semua kerja kerasnya selama 6 bulan. Akhirnya ia berhasil terpilih bekerja dan memulai karirnya di Dean Witter, kemudian ia berhasil mendirikan perusahaan jasa layanan keuangannya sendiri yang ia beri nama Gardner Rich, dan menjadi multi milyader yang dermawan membangun panti tuna wisma dan mengingat ia pernah mengalami hal tersebut.
Gimana ilkomers pasti akan tertarik melihat perjuangan Chris Gardner pada filim ini. Satu pembicaraan pada film ini Chris mengatakan, “Beberapa hal cukup mengasyikkan saat pertama kali melakukaannya, tapi selanjutnya tidak lagi.” (Gardener, 2006)
Oleh: Ulfa dan Sarrah (Ilkom 2019)
Minggu, 6 Oktober 2019, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang melakukan perjalanan ke Benteng Vastenburg, Solo, untuk mengikuti acara Festival Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 09.00 WIB menggunakan bus kampus. Tiba di tempat tujuan sekitar pukul 12.30 WIB.
Disana, kami mengikuti beberapa jenis workshop seperti Oprek Fotografi dan Writerpreneurship. Di dalam workshop Oprek Fotografi tersebut ada 4 narasumber, yaitu: Priadi Soefjanto (Akademisi dan Fotografer), Eddy A. Suryatin (Akademisi dan Fotografer), Dewi Sartika Bukit (Akademisi dan Fotografer), Frans Bona Simanjuntak (Founder aksi Nusantara).
Keempat narasumber banyak berbicara terkait dengan cara-cara fotografi yang baik dan benar serta masalah sertifikasi fotografer. Materi tersebut menambah pengetahuan kami tentang fotografi. Kami biasanya hanya asal saat membuat foto. Tetapi, sekarang menjadi tahu bagaimana cara mengambil gambar yang baik dan sudut pengambilan gambarnya. Yang membuat tambah menarik, peserta yang mengikuti workshop ini dengan undangan yang dikirim lewat WhatsApp mendapatkan souvenir tas.
Yang kedua workshop Writerpreneur ada 3 narasumber, yaitu: Kirana Kejora (Novelis), Agustinus Wibowo (Travel Writer), Khrisna Pabichara (Sastrawan). Mereka membahas tentang cara menulis yang baik terlebih dalam hal pemilihan kata-kata. Materi ini mengasah ketrampilan saya dalam menulis dan mendiskripsikan sesuatu.
Sebagai hiburan, panitia menyediakan boot permainan. Di ataranya ialah permainan memutar lingkaran yang bertuliskan macam-macam hadiah. Memasukkan bola pingpong ke dalam cup. Mereka yang beruntung akan mendapat bingkisan seperti seperti tas, notes, mug, dan tumblr.
Oleh: Moch. Imron Rosyidi*
Aksi serentak Senin 23 September 2019 menunjukkan masih adanya kepedulian generasi muda terhadap isu Nasional. Berbagai macam aksi demonstrasi mahasiswa terjadi di Jakarta, Gejayan Yogyakarta, DPRD Malang, Kalimantan Timur, Madura, Papua dan berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Mereka bersatu turun ke jalan, menolak RUU KUHP dan beberapa isu panas lain, seperti Asap Kalimantan, dan kasus Papua. Fenomena tersebut menunjukkan, bahwa kekhawartiran akademisi Ilmu Komunikasi terkait revolusi sosial di bidang teknologi informasi berdampak pada sifat apatisme, terpatahkan.
Yuval Noah Harari dalam best seller-nya, Sapiens: Riwayat Singkat Ummat Manusia menceritakan bagaimana awal manusia berkomunikasi. Mereka awalnya merespons bahaya dari alam dengan tanda-tanda semisal awan mendung, asap, dan sebagainya. Mereka dengan abstraksi bahasanya mampu selamat mengahadapi alam, hingga sebuah evolusi mereka sampai berhasil menciptakan bahasa yang mampu membuat abstraksi masa depan. Abstraksi tersebut mampu membuat imajinasi manusia untuk mampu menciptakan segala macam teknologi sampai pada saat ini, sehingga mereka berada di puncak rantai makanan, mahluk paling unggul.
Melihat hal tersebut paling tidak kita sepakat, bahasa merupakan simbol persatuan ummat manusia jika mampu dipersepsi bersama. Dari masa pra sejarah, masa kenabian, dan awal masehi banyak peristiwa dunia yang terjadi, karena manusia mengalami persepsi sama akan sebuah objek. Salah satu yang terbesar adalah revolusi industri semenjak penemuan mesin Uap oleh James Watt pada 1976 di Inggris. Revolusi tersebut dipersepsi seluruh dunia bahwa industrialisasi mempermudah kehidupan manusia. Sampai pada 2015 seluruh dunia sepakat bahwa pembangunan harus memperhatikan kebrlanjutan alam, industrialisasi tidak boleh merusak alam. Wacana tersebut disahkan oleh High-Level Panel of Emninent Persons (HLPEP) PBB pada 2015, sejak saat itu muncullah konsep SDG’s. Kini mayoritas industri mengarah ke pengembangan teknologi ramah lingkungan, dan berorientasi keberlanjutan atau energi terbarukan.
Saat ini para akademisi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial tentu tidak asing dengan sosok Jurgen Habermas, terutama konsep besarnya soal Discourse. Bagi Habermas wacana masyarakat modern harus sampai pada titik Demokrasi Deliberatif. Asumsi tersebut berpendapat bahwa pengambilan keputusan, bukan hanya pada pendapat umum atau perseorangan, tapi pada pada proses yang terbuka dan argumentatif, Singkatnya; Rasionalitas Komunikasi. Konsepnya berilham pada Revolusi Perancis yang oleh kaum Proletar tahun 1989-1899. Wacana revolusi dimulai dari diskusi kecil kaum proletar di ruang-ruang seperti warung kopi dan bar akan penindasan kaum Borjuis terhadap mereka. Diskusi-diskusi itu terus berjalan hingga pada puncaknya mengakibatkan munculnya sayap kiri melawan sayap kanan, yang memulai Revolusi Perancis.
Konsep tersebut pernah teraplikasi dan berhasil di indonesia, Pada Mei Tahun 1998. Reformasi sesungguhnya juga dimulai dari persepsi bersama terkait wacana Bobroknya Orba, dan Turunnya Soeharto. Media Massa dicekal oleh Departemen Penerangan dan disensor sedemikian rupa, sehingga bobroknya negara tidak ada yang tahu. Sampai pada beberapa media anti mainstream seperti media pers mahasiswa, media online Detik.com dll, Milis-milis, memberitakan berbagai kesalahan pemerintah, termasuk kematian 4 Mahasiswa Universitas Trisakti. Berbagai informasi tersebut menggerakkan berbagai mahasiswa di seluruh tanah air dengan satu wacana; Reformasi. Reformasi akhirnya melahirkan tiga lembaga yang sangat radikal akan dan menjadi harapan rakyat, KPU untuk demokrasi, KPI pada sisi informasi publik, dan KPK di sisi pemberantasan korupsi.
Kini pemuda dan mahasiswa lahir dan hidup di Era digital native, dimana semenjak lahir mereka sudah tidak asing dengan perangkat antar muka, atau yang biasa di sebut dengan komputer. Di era ini mendekatnya jarak psikologis menyempitkan jarak geografis, sehingga disadari atau tidak kita hidup di dalam entitas maya dan semua berlangsung sangat cepat. Manusia sudah tidak perlu lagi mengantri untuk bayar biaya kuliah, atau mengantri di taspen untuk menerima uang pensiun. Begitu pula kita tidak perlu membuat paspor dan mengeluarkan biaya jutaan untuk sekedar berbicara dan say hello kepada kekasih di negeri nun jauh disana. Akan tetapi, munculnya teknologi digital sebagai aplikasi perkembangan teknologi komunikasi, dikhawatirkan banyak pakar akan mengurangi sifat kepedulian, dan munculnya narsisisme berlebih seperti yang ditakutkan McLuhan (1964) beberapa dekade lalu.
Dari #GejayanMemanggil, sepertinya muncul sebuah harapan baru. Bahwa teknologi tidak sepenuhnya merubah habbit manusia sejak zaman awal dalam buku Sapiens. Habbit manusia yang akan merespons ketika diri mereka menghadapi bahaya masih ada. RUUKUHP, RUUPKS, RUUKPK dan sebagainya menggerakkan generasi milenial untuk satu persepsi dalam sebuah wacana; Bahaya!!! Negara tidak sedang baik-baik saja. Melalui #GejayanMemanggil yang diciptakan di ruang-ruang publik baru; Social Media, Mahasiswa seolah tergerak untuk datang dari berbagai penjuru Yogyakarta, bahkan dari luar DIY. Salah satunya tercatat lebih dari 700 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Magelang, absen kuliah untuk turun ke Gejayan pada 23 September.
Bagi generasi digital native berbagai masalah negara belakangan ini perlu untuk diberikan kritik. Maka disini, mereka telah berani mempraktikkan konsep Habermas soal Demokrasi Deliberatif, mereka membuktikan untuk berani bertindak untuk menjadi masyarakat rasional, tidak lagi irasional akibat dunia maya. Karena sesungguhnya Rasionalitas mereka sangat berfungsi untuk mengontrol kebijakan-kebijakan publik. Maka sebagai akademisi ilmu komunikasi ketika muncul story WhatsApp atau Instagram dari mahasiswa; “Bapak-Ibu Dosen kami senin besok 23 September 2019 Izin kuliah di Gejayan”, saya dengan penuh rasa bangga dan sepenuhnya merestui jalan mereka, karena tiada alasan lagi untuk melarang mahasiswa mencapai rasionalitasnya.
Artkel ini menjadi bahasan di Diskusi Senja Rutinan Prodi Ilmu Komunikasi, 24 September 2019
*)Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang
Muhammad Naufaldi, Gamala Risfie Al Mahmud*
Pendahuluan
Pekembangan teknologi informasi merupakan sesuatu untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan menyunun menyimpan memanipulasi data dengan berbagai cara untuk membuat atau menghasilkan informasi yang berkualitas dengan kata lain teknologi dan informasi untuk menghasilkan sebuah informasi yang relevan, strategis dan akurat, untuk berbagai kepentingan seperti keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan (Naustion, 2006).
Perkembangan teknologi informasi saat ini tidak bisa kita pungkiri. Dimana mau tidak mau masyarakat harus mengikuti pesatnya perkembangan tersebut (Komunikasi, 2008). Dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi saat ini menjadi salah satu cara untuk bersaing mempromosikan dan memajukan produk lokal di mata masyarakat, serta menjadi salah satu sarana untuk mengembangan UMKM Desa yang ada diseluruh Indonesia. Salah satunya, Web Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Web ini merupakan salah satu media digital yang seharusnya mampu berkembang dan sangat efisien untuk mempromosikan produk-produk unggulan dari Desa maupun Kecamatan Grabag itu sendiri.
Namun kenyataanya, pemanfaatan web desa yang merupakan sarana pengembangan ekonomi pedesaan melalui teknologi informasi tersebut belum terintegrasi dan kurang optimal ke produk lokal yang ada di masyarakat Kecamatan Grabag. Selain itu kurangnya peran dari kaum Milenial untuk berpartisipasi dalam pengembangan web desa untuk memajukan produk lokal masyarakat tersebut. Jika melihat web desa bahwa produk lokal dan pariwisata merupakan sumber penghasilan,destinasi wisata yang ada di magelang salah satunya adalah desa wisata. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang, 2009) Menurut undang-undang desa No.6/2014 tentang Desa, pembentukan desa wisata salah satunya merupakan sarana produk lokal (UU No. 6 tahun 2014 Pasal 1 ayat 9 s.d 12). Sedang jika kita melihat web desa yang terintegrasi belum cukup rasanya untuk menjelaskan potensi produk lokal. Dari beberapa dana desa seperti di kecamatan grabag belum menampilkan produksi lokal suatu desa. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang, 2009).
Tujuan
Upaya pemanfaatan web desa untuk mempromosikan produk lokal masyarakat sekitar Kecamatan Grabag masih kurang maksimal dalam mengekspos dan mempublish produk lokal. Selain itu, masyarakat belum ada minat yang tinggi dalam mempelajari pengetahuan dibidang teknologi informasi, dimana guna menunjang promosi untuk produk lokal sendiri.
Gagasan Utama
Pembangunan desa sangat erat kaitannya dengan strategi pelaksanaan desa. Fenomena di atas menunjukkan bahwa desa seharusnya dianalisis sampai setiap detail guna melaksanakan kebijakan secara menyeluruh. Penggunaan Analisis SWOT dalam penegembangan pedesaan telah banyak dilakukan salah satunya adalah Potensi Pengembangan Kambing Etawa Kaligesing ditinjau dari analisis SWOT (Guntoro, Subejo, & Rosyidi, 2018).
No |
Kategorisasi Analisis SWOT |
Deskripsi |
1 |
Strength (Kekuatan) |
Dengan pemanfaatan web desa untuk mempromosikan produk lokal masyarakat akan mempengaruhi pengembangan ekonomi pedesaan melalui teknologi informasi. |
2 |
Weekness (Kelemahan) |
a. Kurangnya sumber daya manusia dan minat yang tinggi dari masyarakat tersebut seperti “bangga” menggunakan produknya sendiri.
b. Kurangnya campur tangan pemuda yang paham tentang teknologi informasi, sehingga kurang mampu berkembang secara optimal untuk menjadi sarana promosi daerah dan produk lokal itu sendiri. |
|
|
|
3 |
Opportunity (Kesempatan) |
a. Sudah mampu membuat karya atau produk lokal sendiri harus mendatangkan dari daerah lain.
b. Dapat menambah penghasilkan dan mengurangi potensi kemiskinan dan pengangguran.
c. Mampu bersaing dengan produk lokal lainnya. |
4 |
Threat (Ancaman) |
Kurangnya, pengelolaan dan kualitas web menjadi salah penyebab menurunya penggunaan web desa tersebut, yang sebenarnya bisa memajukan desa, produk lokal unggulan serta merubah perekonomian masyarakat lebih baik. |
Kesimpulan
Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan serta memberikan gagasan untuk menjadi salah satu solusi kurang optimal dalam penggunaan web desa, dimana masyarakat masih belum mampu mengelola secara mendalam tentang pentingnya web desa untuk mempromosikan dan mengenalkan produk lokalnya ke masyarakat luas.
Saran
Dari analisis tersebut sebaiknya masyarakat dan para pemuda ikut serta dalam meningkatkan penggunaan teknologi informasi seperti startup yang sudah ada, dimana ini merupakan salah satu pengembangan ekonomi melalui media yang sangat efisien, karena saat ini kita hidup di masa yang serba cepat baik teknologi dan informasi serta tidak dapat dipungkiri kita harus mampu mengikuti perkembangan tersebut.
Daftar Pustaka
Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang. (2009). http://desagrabag.magelangkab.go.id/first/kategori/2. Retrieved Agustus 10, 2019, from http://desagrabag.magelangkab.go.id/first: http://desagrabag.magelangkab.go.id/first
Guntoro, B., Subejo, & Rosyidi, M. I. (2018). Development of Etawah Crossbreed Goat (Kaligesing) Trough community Based Resource Management In Purworejo. IGSCI (pp. -). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Komunikasi, P. (2008). https://pakarkomunikasi.com/. Retrieved Agustus 10, 2019, from https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-massa: https://pakarkomunikasi.com/
Naustion, F. N. (2006). Teknologi Informasi Berdasarkan Apek Perilaku (Behavior Ascpect), 1.
*Penulis adalah mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UM Magelang. Artikel ini telah diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional, dalam Festival Kreativitas Mahasiswa (FESTA), Magelang, 20 Agustus 2019
Oleh: Sihabuddin
Idul Adha merupakan salah satu hari besar dalam agama Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 dzul hijjah dan tahun ini pemerintah Indonesia menetapkan 10 dzul hijjah bertepatan dengan tanggal 11 agustus. Perayaan Idul Adha sendiri untuk memperingati peristiwa kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim yang bersedia mengkurbankan putranya Nabi Ismail atas perintah Allah, namun Allah segera menggantinya dengan seekor domba sebelum pisau menyentuh leher Nabi Ismail. Perintah Allah tersebut melalui sebuah mimpi yang bermaksud untuk menguji ketaqwaan Nabi Ibrahim sebagai seorang Nabi. Menyembelih putra yang sangat didamba-dambakan apalagi putra tersebut memiliki akhlak yang baik, cerdas, patuh pada orang tua dan sifat-sifat terpuji lainnya tentunya merupakan ujian yang sangat berat. Namun, kecintaan Nabi Ibrahim terhadap Allah Swt adalah segala-segalanya sehingga apapun yang diperintahkan Allah akan dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Meski peristiwa tersebut adalah perintah Allah yang pasti akan dilaksanakan, Nabi Ibrahim tidak otoriter apalagi sampai memaksa terhadap putranya. Nabi Ibrahim mengkomunikasikan mimpi tersebut terhadap putra yang akan dikurbankan dan meminta pendapatnya. Sebagai seorang putra yang wajib patuh terhadap orang tua dan didasari atas kecintaannya terhadap Allah beliau langsung meng-iya-kan tanpa ragu apalagi sampai membantah. Komunikasi yang terjadi antara dua orang Nabi yang merupakan ayah dan anak ini merupakan etika komunikasi yang patut diteladani oleh semua orang. Komunikasi tersebut tertulis dalam surat Aa-saffat ayat 102, yang artinya “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “Maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Al-Qur`an sebagai pedoman hidup umat Islam telah mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya seperti yang telah dijelaskan pada ayat di atas. Namun, apa yang terjadi saat ini banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik antara orang tua dengan anak. Banyak sekali orang tua terlalu otoriter terhadap anaknya tanpa minta pendapat anaknya dengan alasan yang diinginkan orang tuanya adalah yang terbaik bagi anaknya, jadi mau tidak mau anaknya harus mau. Kebetulan anaknya tidak paham dengan keinginan orang tuanya sehingga anaknya tidak menuruti kemauan orang tuanya disebabkan etika komunikasi yang salah dari orang tuanya. Terkadang, seorang anak yang sudah paham keinginan orang tuanya bisa jadi menolak mentah-mentah karena kesalahan komunikasi.
Lebih parah lagi saat ini banyak anak yang sering menyakiti perasaan orang tuanya yang telah membesarkannya dikarenakan tidak memiliki etika komunikasi. Padahal orang tuanya sudah berbicara dengan benar dan meminta pendapatnya namun karena tidak sesuai dengan kehendaknya langsung ditolak mentah-mentah. Apalagi kalau anak tersebut paham kalau keinginan orang tuanya demi kebaikan anaknya namun karena nafsu, etika komunikasi tidak digunakan. Seharusnya seorang anak harus menuruti perintah orang tua selama perintah tersebut positif. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ismail yang langsung meng-iya-kan ucapan Nabi Ibrahim karena sudah paham perintah tersebut positif atau yang terbaik bagi dirinya. Yang perlu digaris bawahi dari peristiwa komunikasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah adanya saling pengertian di antara keduanya sehingga komunikasi menjadi efektif. Saling pengertian dalam peristiwa komunikasi tersebut perlu untuk diteladani oleh umat manusia.
Etika Komunikasi Organisasi
Etika komunikasi yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak hanya bisa dijadikan cerminan untuk komunikasi antara orang tua dan anak yang lingkupnya komunikasi antarpribadi. Tapi, etika komunikasi ini sangat cocok untuk diteladani dalam lingkup komunikasi organisasi. Organisasi yang terdiri dari banyak individu tentunya memerlukan komunikasi efektif sebagai penghubung antara individu dengan individu lainnya untuk keberlangsungan sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang terdiri dari struktur untuk membedakan antara atasan dengan bawahan dengan peran masing-masing perlunya etika komunikasi agar komunikasi antara atasan dengan bawahan maupun sebaliknya berlangsung nyaman dan lancar sehingga mempengaruhi kinerja organisasi yang baik.
Etika komunikasi seorang atasan dalam sebuah struktur organisasi perlu meneladani etika komunikasi Nabi Ibrahim yang tidak seenaknya memerintah dan menggunakan kata-kata yang lebih pas terhadap bawahannya. Bahkan Nabi Ibrahim juga meminta pendapat terhadap bawahannya. Padahal jika mau Nabi Ibrahim bisa saja otoriter terhadap Nabi Ismail namun Nabi Ibrahim tahu bagaimana cara menghargai seorang putranya. Etika Nabi Ismail yang merupakan seorang putra juga perlu diteladani oleh para peserta organisasi yang berperan sebagai bawahan. Sebagai bawahan harus mengikuti perintah atasan selama perintah tersebut tidak menyalahi aturan sosial masyarakat. Selain itu, bawahan juga harus memahami pesan komunikasi yang diperintahkan agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan tegas terhadap suatu perintah sehingga keputusan yang diambil bersama tidak merugikan banyak pihak. Seperti yang dicontohkan Nabi Ismail yang sangat memahami pesan komunikasi ayahnya sehingga tepat dan cepat serta tidak ada keraguan dalam mengambil keputusan karena sudah tahu perintah ayahnya adalah perintah terbaik untuk dirinya dan keluarganya sehingga keputusan yang diambil menjadi salah satu ritual hari besar dalam agama Islam sebagai ladang mendapatkan pahala.
Penulis, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang
Tulisan ini telah dimuat di Harian Duta Masyarakat (Koran berpusat di Surabaya Jawa Timur)