Pengalaman ke Festival Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) 2019

Pengalaman ke Festival Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) 2019

Oleh: Ulfa dan Sarrah (Ilkom 2019)

Minggu, 6 Oktober 2019, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang melakukan perjalanan ke Benteng Vastenburg, Solo, untuk mengikuti acara Festival Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 09.00 WIB menggunakan bus kampus. Tiba di tempat tujuan sekitar pukul 12.30 WIB.

Disana, kami mengikuti beberapa jenis workshop seperti Oprek Fotografi dan Writerpreneurship. Di dalam workshop Oprek Fotografi tersebut ada 4 narasumber, yaitu: Priadi Soefjanto (Akademisi dan Fotografer), Eddy A. Suryatin (Akademisi dan Fotografer), Dewi Sartika Bukit (Akademisi dan Fotografer), Frans Bona Simanjuntak (Founder aksi Nusantara).

Keempat narasumber banyak berbicara terkait dengan cara-cara fotografi yang baik dan benar serta masalah sertifikasi fotografer. Materi tersebut menambah pengetahuan kami tentang fotografi. Kami biasanya hanya asal saat membuat foto. Tetapi, sekarang menjadi tahu bagaimana cara mengambil gambar yang baik dan sudut pengambilan gambarnya. Yang membuat tambah menarik, peserta yang mengikuti workshop ini dengan undangan yang dikirim lewat WhatsApp mendapatkan souvenir tas.

Yang kedua workshop Writerpreneur ada 3 narasumber, yaitu: Kirana Kejora (Novelis), Agustinus Wibowo (Travel Writer), Khrisna Pabichara (Sastrawan). Mereka membahas tentang cara menulis yang baik terlebih dalam hal pemilihan kata-kata. Materi ini mengasah ketrampilan saya dalam menulis dan mendiskripsikan sesuatu.

Sebagai hiburan, panitia menyediakan boot permainan. Di ataranya ialah permainan memutar lingkaran yang bertuliskan macam-macam hadiah. Memasukkan bola pingpong ke dalam cup. Mereka yang beruntung akan mendapat bingkisan seperti seperti tas, notes, mug, dan tumblr.

#GejayanMemanggil: Sebuah Tinjauan Gerakan Sosial dari Perspektif Ilmu Komunikasi

#GejayanMemanggil: Sebuah Tinjauan Gerakan Sosial dari Perspektif Ilmu Komunikasi

Oleh: Moch. Imron Rosyidi*

Aksi serentak Senin 23 September 2019 menunjukkan masih adanya kepedulian generasi muda terhadap isu Nasional. Berbagai macam aksi demonstrasi mahasiswa terjadi di Jakarta, Gejayan Yogyakarta, DPRD Malang, Kalimantan Timur, Madura, Papua dan berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Mereka bersatu turun ke jalan, menolak RUU KUHP dan beberapa isu panas lain, seperti Asap Kalimantan, dan kasus Papua. Fenomena tersebut menunjukkan, bahwa kekhawartiran akademisi Ilmu Komunikasi terkait revolusi sosial di bidang teknologi informasi berdampak pada sifat apatisme, terpatahkan.

Yuval Noah Harari dalam best seller-nya, Sapiens: Riwayat Singkat Ummat Manusia menceritakan bagaimana awal manusia berkomunikasi. Mereka awalnya merespons bahaya dari alam dengan tanda-tanda semisal awan mendung, asap, dan sebagainya. Mereka dengan abstraksi bahasanya mampu selamat mengahadapi alam, hingga sebuah evolusi mereka sampai berhasil menciptakan bahasa yang mampu membuat abstraksi masa depan. Abstraksi tersebut mampu membuat imajinasi manusia untuk mampu menciptakan segala macam teknologi sampai pada saat ini, sehingga mereka berada di puncak rantai makanan, mahluk paling unggul.

Melihat hal tersebut paling tidak kita sepakat, bahasa merupakan simbol persatuan ummat manusia jika mampu dipersepsi bersama. Dari masa pra sejarah, masa kenabian, dan awal masehi banyak peristiwa dunia yang terjadi, karena manusia mengalami persepsi sama akan sebuah objek. Salah satu yang terbesar adalah revolusi industri semenjak penemuan mesin Uap oleh James Watt pada 1976 di Inggris. Revolusi tersebut dipersepsi seluruh dunia bahwa industrialisasi mempermudah kehidupan manusia. Sampai pada 2015 seluruh dunia sepakat bahwa pembangunan harus memperhatikan kebrlanjutan alam, industrialisasi tidak boleh merusak alam. Wacana tersebut disahkan oleh High-Level Panel of Emninent Persons (HLPEP) PBB pada 2015, sejak saat itu muncullah konsep SDG’s. Kini mayoritas industri mengarah ke pengembangan teknologi ramah lingkungan, dan berorientasi keberlanjutan atau energi terbarukan.

Saat ini para akademisi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial tentu tidak asing dengan sosok Jurgen Habermas, terutama konsep besarnya soal Discourse. Bagi Habermas wacana masyarakat modern harus sampai pada titik Demokrasi Deliberatif. Asumsi tersebut berpendapat bahwa pengambilan keputusan, bukan hanya pada pendapat umum atau perseorangan, tapi pada pada proses yang terbuka dan argumentatif, Singkatnya; Rasionalitas Komunikasi. Konsepnya berilham pada Revolusi Perancis yang oleh kaum Proletar tahun 1989-1899. Wacana revolusi dimulai dari diskusi kecil kaum proletar di ruang-ruang seperti warung kopi dan bar akan penindasan kaum Borjuis terhadap mereka. Diskusi-diskusi itu terus berjalan hingga pada puncaknya mengakibatkan munculnya sayap kiri melawan sayap kanan, yang memulai Revolusi Perancis.

Konsep tersebut pernah teraplikasi dan berhasil di indonesia, Pada Mei Tahun 1998. Reformasi sesungguhnya juga dimulai dari persepsi bersama terkait wacana Bobroknya Orba, dan Turunnya Soeharto. Media Massa dicekal oleh Departemen Penerangan dan disensor sedemikian rupa, sehingga bobroknya negara tidak ada yang tahu. Sampai pada beberapa media anti mainstream seperti media pers mahasiswa, media online Detik.com dll, Milis-milis, memberitakan berbagai kesalahan pemerintah, termasuk kematian 4 Mahasiswa Universitas Trisakti. Berbagai informasi tersebut menggerakkan berbagai mahasiswa di seluruh tanah air dengan satu wacana; Reformasi. Reformasi akhirnya  melahirkan tiga lembaga yang sangat radikal akan dan menjadi harapan rakyat, KPU untuk demokrasi, KPI pada sisi informasi publik, dan KPK di sisi pemberantasan korupsi.

Kini pemuda dan mahasiswa lahir dan hidup di Era digital native, dimana semenjak lahir mereka sudah tidak asing dengan perangkat antar muka, atau yang biasa di sebut dengan komputer. Di era ini mendekatnya jarak psikologis menyempitkan jarak geografis, sehingga disadari atau tidak kita hidup di dalam entitas maya dan semua berlangsung sangat cepat. Manusia sudah tidak perlu lagi mengantri untuk bayar biaya kuliah, atau mengantri di taspen untuk menerima uang pensiun. Begitu pula kita tidak perlu membuat paspor dan mengeluarkan biaya jutaan untuk sekedar berbicara dan say hello kepada kekasih di negeri nun jauh disana. Akan tetapi, munculnya teknologi digital sebagai aplikasi perkembangan teknologi komunikasi, dikhawatirkan banyak pakar akan mengurangi sifat kepedulian, dan munculnya narsisisme berlebih seperti yang ditakutkan McLuhan (1964) beberapa dekade lalu.

Dari #GejayanMemanggil, sepertinya muncul sebuah harapan baru. Bahwa teknologi tidak sepenuhnya merubah habbit manusia sejak zaman awal dalam buku Sapiens. Habbit manusia yang akan merespons ketika diri mereka menghadapi bahaya masih ada. RUUKUHP, RUUPKS, RUUKPK dan sebagainya menggerakkan generasi milenial untuk satu persepsi dalam sebuah wacana; Bahaya!!! Negara tidak sedang baik-baik saja. Melalui #GejayanMemanggil yang diciptakan di ruang-ruang publik baru; Social Media, Mahasiswa seolah tergerak untuk datang dari berbagai penjuru Yogyakarta, bahkan dari luar DIY. Salah satunya tercatat lebih dari 700 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Magelang, absen kuliah untuk turun ke Gejayan pada 23 September.

Bagi generasi digital native berbagai masalah negara belakangan ini perlu untuk diberikan kritik. Maka disini, mereka telah berani mempraktikkan konsep Habermas soal Demokrasi Deliberatif, mereka membuktikan untuk berani bertindak untuk menjadi masyarakat rasional, tidak lagi irasional akibat dunia maya. Karena sesungguhnya Rasionalitas mereka sangat berfungsi untuk mengontrol kebijakan-kebijakan publik. Maka sebagai akademisi ilmu komunikasi ketika muncul story WhatsApp atau Instagram dari mahasiswa; “Bapak-Ibu Dosen kami senin besok 23 September 2019 Izin kuliah di Gejayan”, saya dengan penuh rasa bangga dan sepenuhnya merestui jalan mereka, karena tiada alasan lagi untuk melarang mahasiswa mencapai rasionalitasnya.

Artkel ini menjadi bahasan di Diskusi Senja Rutinan  Prodi Ilmu Komunikasi, 24 September 2019

*)Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang

Pemanfaatan Web Desa Sebagai Sarana Promosi Produk Lokal

Pemanfaatan Web Desa Sebagai Sarana Promosi Produk Lokal

Muhammad Naufaldi, Gamala Risfie Al Mahmud*

Pendahuluan 

Pekembangan teknologi informasi merupakan sesuatu untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan menyunun menyimpan memanipulasi data dengan berbagai cara untuk membuat atau menghasilkan informasi yang berkualitas dengan kata lain teknologi dan informasi untuk menghasilkan sebuah informasi yang relevan, strategis dan akurat, untuk berbagai kepentingan seperti keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan (Naustion, 2006).

Perkembangan teknologi informasi saat ini tidak bisa kita pungkiri. Dimana mau tidak mau masyarakat harus mengikuti pesatnya perkembangan tersebut (Komunikasi, 2008). Dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi saat ini menjadi salah satu cara untuk bersaing mempromosikan dan memajukan produk lokal di mata masyarakat, serta menjadi salah satu sarana untuk mengembangan UMKM Desa yang ada diseluruh Indonesia. Salah satunya, Web Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Web ini merupakan salah satu media digital yang seharusnya mampu berkembang dan sangat efisien untuk mempromosikan produk-produk unggulan dari Desa maupun Kecamatan Grabag itu sendiri.

Namun kenyataanya, pemanfaatan web desa yang merupakan sarana pengembangan ekonomi pedesaan melalui teknologi informasi tersebut belum terintegrasi dan kurang optimal ke produk lokal yang ada di masyarakat Kecamatan Grabag. Selain itu kurangnya peran dari kaum Milenial untuk berpartisipasi dalam pengembangan web desa untuk memajukan produk lokal masyarakat tersebut. Jika melihat web desa bahwa produk lokal  dan pariwisata merupakan sumber penghasilan,destinasi wisata yang ada di magelang salah satunya adalah desa wisata. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang, 2009) Menurut undang-undang desa No.6/2014 tentang Desa, pembentukan desa wisata salah satunya merupakan sarana produk lokal (UU No. 6 tahun 2014 Pasal 1 ayat 9 s.d 12). Sedang jika kita melihat web desa yang terintegrasi belum cukup rasanya untuk menjelaskan potensi produk lokal. Dari beberapa dana desa seperti di kecamatan grabag belum menampilkan produksi lokal suatu desa. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang, 2009).

Tujuan

Upaya pemanfaatan web desa untuk mempromosikan produk lokal masyarakat sekitar Kecamatan Grabag masih kurang maksimal dalam mengekspos dan mempublish produk lokal. Selain itu, masyarakat belum ada minat yang tinggi dalam mempelajari pengetahuan dibidang teknologi informasi, dimana guna menunjang promosi untuk produk lokal sendiri.

Gagasan Utama 

Pembangunan desa sangat erat kaitannya dengan strategi pelaksanaan desa. Fenomena di atas menunjukkan bahwa desa seharusnya dianalisis sampai setiap detail guna melaksanakan kebijakan secara menyeluruh. Penggunaan Analisis SWOT dalam penegembangan pedesaan telah banyak dilakukan salah satunya adalah Potensi Pengembangan Kambing Etawa Kaligesing ditinjau dari analisis SWOT (Guntoro, Subejo, & Rosyidi, 2018).

No Kategorisasi Analisis SWOT Deskripsi
1 Strength (Kekuatan) Dengan pemanfaatan web desa untuk mempromosikan produk lokal masyarakat akan mempengaruhi pengembangan ekonomi pedesaan melalui teknologi informasi.
2 Weekness (Kelemahan) a. Kurangnya sumber daya manusia dan minat yang tinggi dari masyarakat tersebut seperti “bangga” menggunakan produknya sendiri.

b. Kurangnya campur tangan pemuda yang paham tentang teknologi informasi, sehingga kurang mampu berkembang secara optimal  untuk menjadi sarana promosi daerah dan produk lokal itu sendiri.

 

3 Opportunity (Kesempatan) a.  Sudah mampu membuat karya atau produk lokal sendiri harus mendatangkan dari daerah lain.

b.  Dapat menambah penghasilkan dan mengurangi potensi kemiskinan dan pengangguran.

c.  Mampu bersaing dengan produk lokal lainnya.

4 Threat (Ancaman) Kurangnya, pengelolaan dan kualitas web menjadi salah penyebab menurunya penggunaan web desa tersebut, yang sebenarnya bisa memajukan desa, produk lokal unggulan serta merubah perekonomian masyarakat lebih baik.

 

Kesimpulan 

Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan serta memberikan gagasan untuk menjadi salah satu solusi kurang optimal dalam penggunaan web desa, dimana masyarakat masih belum mampu mengelola secara mendalam tentang pentingnya web desa untuk mempromosikan dan mengenalkan produk lokalnya ke masyarakat luas.

Saran

Dari analisis tersebut sebaiknya masyarakat dan para pemuda ikut serta dalam meningkatkan penggunaan teknologi informasi seperti startup yang sudah ada, dimana ini merupakan salah satu pengembangan ekonomi melalui media yang sangat efisien, karena saat ini kita hidup di masa yang serba cepat baik teknologi dan informasi serta tidak dapat dipungkiri kita harus mampu mengikuti perkembangan tersebut.

Daftar Pustaka

Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Magelang. (2009). http://desagrabag.magelangkab.go.id/first/kategori/2. Retrieved Agustus 10, 2019, from http://desagrabag.magelangkab.go.id/first: http://desagrabag.magelangkab.go.id/first

Guntoro, B., Subejo, & Rosyidi, M. I. (2018). Development of Etawah Crossbreed Goat (Kaligesing) Trough community Based Resource Management In Purworejo. IGSCI (pp. -). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Komunikasi, P. (2008). https://pakarkomunikasi.com/. Retrieved Agustus 10, 2019, from https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-massa: https://pakarkomunikasi.com/

Naustion, F. N. (2006). Teknologi Informasi Berdasarkan Apek Perilaku (Behavior Ascpect), 1.

 

*Penulis adalah mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UM Magelang. Artikel ini telah diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional, dalam Festival Kreativitas Mahasiswa (FESTA), Magelang, 20 Agustus 2019

Meneladani Etika Komunikasi Sejarah Idul Adha

Meneladani Etika Komunikasi Sejarah Idul Adha

Oleh: Sihabuddin

Idul Adha merupakan salah satu hari besar dalam agama Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 dzul hijjah dan tahun ini pemerintah Indonesia menetapkan 10 dzul hijjah bertepatan dengan  tanggal 11 agustus. Perayaan Idul Adha sendiri untuk memperingati peristiwa kurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim yang bersedia mengkurbankan putranya Nabi Ismail atas perintah Allah, namun Allah segera menggantinya dengan seekor domba sebelum pisau menyentuh leher Nabi Ismail. Perintah Allah tersebut melalui sebuah mimpi yang bermaksud untuk menguji ketaqwaan Nabi Ibrahim sebagai seorang Nabi. Menyembelih putra yang sangat didamba-dambakan apalagi putra tersebut memiliki akhlak yang baik, cerdas, patuh pada orang tua dan sifat-sifat terpuji lainnya tentunya merupakan ujian yang sangat berat. Namun, kecintaan Nabi Ibrahim terhadap Allah Swt adalah segala-segalanya sehingga apapun yang diperintahkan Allah akan dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Meski peristiwa tersebut adalah perintah Allah yang pasti akan dilaksanakan, Nabi Ibrahim tidak otoriter apalagi sampai memaksa terhadap putranya. Nabi Ibrahim mengkomunikasikan mimpi tersebut terhadap putra yang akan dikurbankan dan meminta pendapatnya. Sebagai seorang putra yang wajib patuh terhadap orang tua dan didasari atas kecintaannya terhadap Allah beliau langsung meng-iya-kan tanpa ragu apalagi sampai membantah. Komunikasi yang terjadi antara dua orang Nabi yang merupakan ayah dan anak ini merupakan etika komunikasi yang patut diteladani oleh semua orang. Komunikasi tersebut tertulis dalam surat Aa-saffat ayat 102, yang artinya “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “Maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Al-Qur`an sebagai pedoman hidup umat Islam telah mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik antara orang tua dengan anaknya seperti yang telah dijelaskan pada ayat di atas. Namun, apa yang terjadi saat ini banyak orang yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik antara orang tua dengan anak. Banyak sekali orang tua terlalu otoriter terhadap anaknya tanpa minta pendapat anaknya dengan alasan yang diinginkan orang tuanya adalah yang terbaik bagi anaknya, jadi mau tidak mau anaknya harus mau. Kebetulan anaknya tidak paham dengan keinginan orang tuanya sehingga anaknya tidak menuruti kemauan orang tuanya disebabkan etika komunikasi yang salah dari orang tuanya. Terkadang, seorang anak yang sudah paham keinginan orang tuanya bisa jadi menolak mentah-mentah karena kesalahan komunikasi.

Lebih parah lagi saat ini banyak anak yang sering menyakiti perasaan orang tuanya yang telah membesarkannya dikarenakan tidak memiliki etika komunikasi. Padahal orang tuanya sudah berbicara dengan benar dan meminta pendapatnya namun karena tidak sesuai dengan kehendaknya langsung ditolak mentah-mentah. Apalagi kalau anak tersebut paham kalau keinginan orang tuanya demi kebaikan anaknya namun karena nafsu, etika komunikasi tidak digunakan. Seharusnya seorang anak harus menuruti perintah orang tua selama perintah tersebut positif. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ismail yang langsung meng-iya-kan ucapan Nabi Ibrahim karena sudah paham perintah tersebut positif atau yang terbaik bagi dirinya. Yang perlu digaris bawahi dari peristiwa komunikasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah adanya saling pengertian di antara keduanya sehingga komunikasi menjadi efektif. Saling pengertian dalam peristiwa komunikasi tersebut perlu untuk diteladani oleh umat manusia.

Etika Komunikasi Organisasi

Etika komunikasi yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tidak hanya bisa dijadikan cerminan untuk komunikasi antara orang tua dan anak yang lingkupnya komunikasi antarpribadi. Tapi, etika komunikasi ini sangat cocok untuk diteladani dalam lingkup komunikasi organisasi. Organisasi yang terdiri dari banyak individu tentunya memerlukan komunikasi efektif sebagai penghubung antara individu dengan individu lainnya untuk keberlangsungan sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang terdiri dari struktur untuk membedakan antara atasan dengan bawahan dengan peran masing-masing perlunya etika komunikasi agar komunikasi antara atasan dengan bawahan maupun sebaliknya berlangsung nyaman dan lancar sehingga mempengaruhi kinerja organisasi yang baik.

Etika komunikasi seorang atasan dalam sebuah struktur organisasi perlu meneladani etika komunikasi Nabi Ibrahim yang tidak seenaknya memerintah dan menggunakan kata-kata yang lebih pas terhadap bawahannya. Bahkan Nabi Ibrahim juga meminta pendapat terhadap bawahannya. Padahal jika mau Nabi Ibrahim bisa saja otoriter terhadap Nabi Ismail namun Nabi Ibrahim tahu bagaimana cara menghargai seorang putranya. Etika Nabi Ismail yang merupakan seorang putra juga perlu diteladani oleh para peserta organisasi yang berperan sebagai bawahan. Sebagai bawahan harus mengikuti perintah atasan selama perintah tersebut tidak menyalahi aturan sosial masyarakat. Selain itu, bawahan juga harus memahami pesan komunikasi yang diperintahkan agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan tegas terhadap suatu perintah sehingga keputusan yang diambil bersama tidak merugikan banyak pihak. Seperti yang dicontohkan Nabi Ismail yang sangat memahami pesan komunikasi ayahnya sehingga tepat dan cepat serta tidak ada keraguan dalam mengambil keputusan karena sudah tahu perintah ayahnya adalah perintah terbaik untuk dirinya dan keluarganya sehingga keputusan yang diambil menjadi salah satu ritual hari besar dalam agama Islam sebagai ladang mendapatkan pahala.

Penulis, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi  Universitas Muhammadiyah Magelang

Tulisan ini telah dimuat di Harian Duta Masyarakat (Koran berpusat di Surabaya Jawa Timur)

 

 

Tantangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era 4.0

Tantangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era 4.0

Oleh. Moch. Imron Rosyidi.,S.I.K., M.Sc*

Ilmu komunikasi mendapat ruang tersendiri di era rervolusi teknologi informasi 4.0 ini. Merespon hal tersebut, ASPIKOM sebagai asosiasi tingkat nasional pendidikan tinggi ilmu komunikasi, mengemas acara rutinan setiap 3 tahun dengan konsep berbeda. Bertempat di Hotel Syariah Lor-Inn Solo 24-26 Juli 2019, acara kongres ASPIKOM kali ini mengambil tema “Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Era 4.0”.

Acara tersebut berurutan mulai dari, Semiloka, Call of Paper, Sharing Session di hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan Kongres dan Pemilihan Ketua ASPIKOM periode 2019-2022 pada hari kedua dan ditutup dengan clossing seremoni di hari ketiga. Jumlah pengelola program studi maupun utusan yang hadir di acara ini adalah sekitar 300 orang dengan 169 Pemilik suara penuh, dan beberapa rombongan.

Semiloka Merespon Tantangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi

Semiloka ini dimulai setelah registrasi pertama dan menjelang acara call of paper. Adapun pemateri dalam semiloka kali ini yang pertama adalah bapak Doni B.U., M.Si beliau adalah seorang Staf Ahli Menkominfo dibidang literacy digital. Beliau memaparkan pembangunan Palapa Rings atau yang biasa disebut Toll Langit hal itu merupakan respon pemerintah terhadap isu disruption. Beliau juga menjelaskan kasus-kasus yang menunjukkan kalau kita telat merespon akan semakin ketinggalan.

Sekedar contoh, beliau menunjukkan di Cina semua kegiatan jurnalistik atau Newsmaking sudah digantikan oleh mesin. Munculnya aplikasi pembuat berita, robot pembaca berita, serta WINDOWS membuat aplikasi Newscorrection membuat kegiatan industri Jurnalisme dari hulu hingga hilir akan digantikan oleh mesin. Maka tantangan yang harus diperhatikan bersama adalah skill apa yang harus dipertahankan atau dimunculkan untuk menghadapi itu semua.

Pembicara kedua adalah Retno Wulandari beliau adalah General Manager The Sunan Hotel Solo. Beliau menggambarkan bahwa ketika 10 tahun lalu seorang marketing officer suatu hotel/ perusahaan jasa harus membaca setidaknya 10 surat kabar untuk melihat ulasan dan citra perusahaan. Akan tetapi kini semua berbeda, untuk melihat track record perusahaan bisa di cek secara Realtime.

Seorang Public Relation Officer The Sunan bisa melihat dengan membaca #TheSunan di Twitter atau di ulasan maps, serta ulasan di ecommers seperti Traveloka dan MisterAladin. Publik kini lebih percaya pada influencer di dunia maya untuk mengulas dan memberi rekomendasi dari tiap produk. Seperti ketika kita membutuhkan refrensi wisata cukup melihat TripAdvisor. Sehingga pemilik-pemilik produk jasa akan harus mengundang reviewer maupun influencer tersebut ketika mangadakan Pers Conference atau jejaring media.

Pembicara ketiga adalah adalah Janu Arijanto, CEO Densu One, dan Member Forum Transformasi.  Beliau memaparkan bagaimana pengelolaan prodi ilmu komunikasi harus memikirkan  disruption yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. Beliau memaparkan bahwa kultur masyarakat yang akan berubah sejalan dengan perkembangan teknologi ilmu komunikasi. Beliau menawarkan penguatan Skills of Sense.

Skills-skills basic yang harus dimiliki untuk melihat fenomena, seperti urban atropology,cultural studies akan membuat kita tidak akan kehilangan ruang sebagai pakar-pakar komunikasi. Jurnalistik sudah tidak lagi menayasar masyarakat secara luas tapi pada aproximity bahkan pada tataran yang sangat detil. Sehingga broadcasting bahkan telah berubah menjadi sebuah entitas baru yang disebut dengan Broadnett, dimana ini mendekati Audience dangat pendekatan jaringan komunikasi.

Tema                                                    Realitas Tantangan/Solusi
Literacy Digital -Palapa Rings

-Robot-Robot baru

-Teknologi begitu Cepat

 

-Skills Komunikasi manusia akan digantikan mesin
PR Digital -Realtime information

influencer newmedia

 

-Perubahan pola menenjeman informasi
Digital Culture -Bergesernya pola konsumsi informasi di publik

-Menakar kemanusiaan di era ini

 

Skill of Sense

­-Menumbukan peran humanisme sebagai kajian digital

Tabel Ringkasan hasil Semiloka (Diolah, Penulis 2019)

Call Of Paper Pendidikan Tinggi di Era 4.0

Dalam sesi kali ini saya tergabung di panel ruang 4 dan memperesentasikan paper saya berjudul, Narasi Pemikiran Jurgen Habermas Sebagai Pijakan Alternatif Komunikasi Pembangunan Partisipatif. Saya mendapatkan kesempatan pertama untuk melakukan presentasi. Dimana inti presentasi saya adalah membangun wacana alternatif dalam pendekatan komunikasi pembangunan.

Respon beragam muncul, mulai pertanyaan soal ontologi hinga aksiologi konsep yang saya bawakan. Turut hadir dalam diskusi ini sebagai panelis adalah Prof. Burhan Bungin., Ph.D beliau mengkritik istilah-istilah baru tentang konsep komunikasi yang memang sangat multi disipliner. Dimana beberapa peresenter gagal menjelaskan konsep-konsepnya secara filosofis, seperti komunikasi bencana, komunikasi pariwisata, dan komunikasi maritim yang dainggap panelis kurang kuat akar filosofinya.

Beliau memaparkan bukan tidak mungkin komunikasi bencana maupun komunikasi pariwisata bisa menjadi subuah prodi tersendiri bukan hanya mata kuliah atau konsentrasi.  “Sebaikanya kita semua mulai melakukan refleksi terkait konsep-konsep itu, apa ontologinya, epistimologinya, dan aksiologinya. Jangan hanya ngawur membuat istilah komunikasi bencana tapi akarnya tidak jelas, padalah bukan tidak mungki suatu saat muncul prodi komunikasi bencana” papar Prof Burhan Bungin., Ph.D.

Sharing Session Pendidikan Tinggi Komunikasi Di Era 4.0

Acara dilanjutkan dengan sharing session dengan fasilitator diskusi Dr. M. Sulhan Ketua Departement Ilmu Komunikasi UGM. Beliau membuka diskusi dengan sebuah statmen unik yakni “Kanibalisme Antar Prodi Rumpun Ilmu Komunikasi”. Hal ini merupakan respon dimana revolusi industri 4.0 dan munculnya banyak prodi komunikasi baru akan menambah masalah baru pada serapan lulusan.

Hal tersebut pernah terjadi pada saat indonesia masuk Pasar Bebas, Prodi mageman dan ekonomi menjamur. Sehingga pada ujungnya, serapan terhadap lulusan menurun dan buktinya banyak prodi yang tutup atau di moratorium kementrian. Maka para pakar ilmu komunikasi berharap hal itu tidak terjadi pada prodi komunikasi ketika memasuki era 4.0.

Turut berbicara dalam sharing session kali ini beberapa prodi baru seperti Universitas Amikom, dan Universitas Muhammadiyah Magelang, yang diminta menjalaskan prodi masing-masing. Prodi baru ini turut mendapat apresiasi dari beberapa dewan pakar maupun pakar yang ditunjuk sebagai Asesor BAN-PT. Hal tersebut karena baik UM Magalang maupun Amikom memiilik karakter atau keunikan dibanding prodi-prodi lainnya. UM magelang dengan komunikasi bisnis digital dan rural studinya, serta amaikom dengan Cyber Comunicationnya.

Keunikan menjadi karakter penting, karena itu pertanyaan utama yang muncul oleh asesor ketika visitasi lapangan. Sebuah kasus Departement ilmu komunikasi di Indonesia Timur memiliki prodi Advertising yang jelas daya serapannya tidak sesuai dengan kultur dan demografis masyarakatnya. Berbeda lagi dengan Universitas Nusa Cendana yang sangat local wisdom, mereka memiliki prodi Komunikasi Lintas Budaya, keran secara geografis dekat dengan perbatasan. Disisi lain Universitas Nusa Cendana tetap memakai istilah Humas dibanding dengan PR karena pasar mereka membutuhka Skills-Skills kedaerahan.

Para dewan pakar berharap dan yakin keunikan akan tetap menjadi penyelamat Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi dari “kanibalisme Antar Prodi”. Karena komunikasi sebagai disiplin ilmu baru, harus menemukan tempatnya di era saat ini. Ditambah Informasi adalah isu yang sexy sehingga saingan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi tidak hanya pada internal lingkungan, tapi prodi lain yang berusaha mulai memasuki area kerja kita sebagai sebuah disiplin ilmu.

*Dosen Komunikasi Pembangunan di Prodi Ilmu Komunikasi UM Magelang

Kesan Kunjungan ke Jogja TV dan UMY

Kesan Kunjungan ke Jogja TV dan UMY

Oleh. Hikmawati Fajri Devi Safitri (18.0802.0002)

Kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang melakukan kegiatan kunjungan ke stasiun televisi di Jogjakarta yakni Jogja TV dan juga kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta (UMY). Berangkat bersama dari kampus dua UMMgl dengan menggunakan bus kampus pada pukul 08.30. kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester II dan seluruh Dosen Ilmu Komunikasi UMMgl dengan tujuan pertama kita adalah Jogja TV.

Tiba di Jogja TV sekitar pukul 09.15 kemudian kita di sambut baik oleh pihak TV dan di persilakan masuk studio TV. Di sana kami juga diikut sertakan dalam program acara live Jogja TV yakni “Langen Sworo” pada pukul 10.00. singkat saja saya tiba-tiba ditunjuk oleh dosen untuk menjadi narasumber mahasiswa UMMgl di sekmen kedua. Sekmen pertama diisi oleh Bu Shanti (dosen) dan Gamala (mahasiswa). Kemudian di sekmen kedua inilah saya menjadi narasumber mahasiswa Ilmu Komunikasi UMMgl didampingi Bapak Sihab sebagai narasumber dosen UMMgl.

Disana kita diajak keliling seluruh tempat kerja Jogja TV dan dijelaskan bagaimana system kerja program Jogja TV. Kesan saya saat melakukan kunjungan ini adalah “sangat menyengkan bias belajar langsung dan tahu dunia pertelevisian, tidak hanya melalui teori yang telah disampaikan dosen ketika matakuliah berlangsung. Apalagi ketika menjadi narasumber saya merasa gugup, senang dan juga bangga bias memperkenalkan Ilmu Komunikasi UMMgl dihadapan pemirsa JogjaTV. Manfaat kunjungan ke Jogja TV ini juga seperti yang saya bilang tadi kita jadi lebih mengetahui praktik kerja langsung dan faham bagaimana perealisiasi dari teori yang telah kita pelajari. Dan tentunya sangat bermanfaat bagi saya yakni, membangkitkan semangat saya untuk mewujudkan cita-cita saya bekerja di stasiun televisi.”

Setelah berkunjung di Jogja TV, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Universitas Muhammadiyah Jogjakarta. Lebih tepatnya kami berkunjung di program studi Ilmu Komunikasi UMY. Di sana kami pun mendapat sambutan hangat oleh dosen-dosen UMY dan diperkenalkan Ilmu Komunikasi UMY seperti apa. Selain itu yang menjadi menarik adalah kita diajak keliling ke laboratorium Ilmu Komunikasi UMY. Betapa kagum dan senangnya kita diperlihatkan ruangan lab yang begitu elok dan menyenangkan.

Kesan saat kami berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Jogjakarta adalah “Merasa sangat senang bisa diperkenalkan dengan peradaban Ilmu Komunikasi UMY, selain itu dosen-dosen UMY juga tidak kalah asiknya dengan dosen Ilkom UMMgl, mereka menyenagkan, ramah, dan juga baik. Selain itu kita juga diperbolehkan memasuki semua laboratorium Ilkom UMY dan diperbolehkan juga untuk memegang alat laboratorium. Di sana kita juga banyak diceritakan kegiatan anak UMY dan juga prestasi anak UMY dengan karya-karyanya yang luar biasa. Manfaatnya bagi kita setelah melakukan kunjungan ini adalah kita menjadi terpantik semangatnya untuk melakukan kegiatan belajar perkuliahan, kita juga menjadi mempunyai pandangan untuk mengembangkan dan memajukan Ilmu Komunikasi UMMgl agar menjadi yang lebih baik lagi.”